Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Perbasi Akan Bawa Tim Dokter untuk Uji Kesehatan Para Pebasket Afrika

By Persiana Galih - Minggu, 1 April 2018 | 17:14 WIB
Spesialis Kedokteran Olahraga dari Indonesia Sports Medical Centre, dr. A. Andi Kurniawan Sp. KO. (kiri), berbicara dalam acara media briefing FWD North Pole Marathon di Kaffeine, SCBD, Jakarta, Rabu (28/3/2018). (SEPTIAN TAMBUNAN/BOLASPORT.COM)

Mega proyek Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) dalam mendatangkan dan menaturalisasi sepuluh pebasket Afrika terbilang nekat jika dilihat dari kacamata sains.

Pasalnya, Perbasi tak melalui pengecekan medis secara maksimal, sebelum benar-benar merekrut sepuluh pebasket Afrika tersebut.

Ketua Umum Perbasi Danny Kosasih berencana terbang ke Mali, Afrika Barat, pada awal April 2018 untuk memulai misi perekrutan pemain.

Di Mali, telah menunggu seorang agen dengan para pebasket dari beberapa negara Benua Afrika.

Perbasi berencana membawa seorang dokter untuk menguji kesehatan para pebasket Afrika.

"Kami akan cari dokter ahli kesehatan dan fisik. Kami minta dokter memastikan agar pebasket yang kami inginkan tak terjangkit HIV," kata Danny, kepada BolaSport.com.

Rencananya, Danny dan tim akan berada di Mali selama dua hari saja.

(Baca juga: Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Perbasi Warganegarakan Sepuluh Orang Afrika untuk Timnas)

Mendengar hal tersebut, dokter olahraga, Andi Kurniawan, khawatir. Menurut dia, sebaiknya Perbasi tak hanya mengecek darah saja, melainkan menempuh pendekatan sains lebih dalam sebelum resmi merekrut para pebasket Afrika itu.

"Ada metode medis yang disebut identifikasi bakat. Dengan cara itu, kita bisa tahu apakah pebasket ini punya potensi menjadi pebasket andal atau tidak. Semuanya bisa dilihat lebih dulu, agar Perbasi tak membeli kucing dalam karung," katanya kepada BolaSport.com.

Namun, identifikasi bakat secara medis tak dapat dilakukan dengan mudah. Apalagi, mengingat Perbasi hanya berada di Mali selama dua hari saja.

"Tim medis tentu membutuhkan waktu lebih lama untuk identifikasi itu, apalagi jumlahnya sepuluh orang," ucap Andi.

"Bukan cuma itu, tim medis perlu membawa para pebasket itu ke dalam laboratorium dan peralatan lengkapnya untuk melakukan pengujian," kata dokter yang juga menjadi tim medis Michael Essien dan Carlton Cole saat dikontrak Persib Bandung ini.

Sebenarnya, Andi tak begitu sepakat dengan pendapat Perbasi bahwa orang Afrika memiliki genetika yang lebih baik daripada orang Indonesia dalam urusan bola basket. Pendapat itu pula yang menjadi landasan pelatih timnas basket Indonesia, Fictor Roring, sepakat dengan Perbasi.

Menurut Andi, setiap orang memiliki bentuk genetika berbeda tanpa memandang ras.

(Baca juga: Pro-Kontra Mega Proyek Basket Indonesia - Komentar Menpora soal Rencana Perbasi Datangkan Warga Afrika)

"Semua anggapan itu tidak benar. Orang Afrika tidak menjamin akan punya kualitas lebih bagus dari orang Indonesia," tuturnya.

Maka itu, ia berharap Perbasi terlebih dulu melakukan pendekatan sains pada para pebasket U15 Indonesia sebelum merekrut orang Afrika.

Menurut dia, sisa waktu tiga tahun (hingga kualifikasi piala dunia pada 2021) cukup untuk melakukan identifikasi bakat pebasket lokal.

Perbasi terpaksa merekrut dan mewarganegarakan sepuluh pebasket Afrika untuk memperkuat timnas Indonesia yang mesti lolos kualifikasi Piala Dunia Basket 2023 pada 2021.

Kebutuhan untuk memiliki tim yang kuat muncul setelah Indonesia resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2023 bersama Jepang dan Filipina.

 

Apa persiapan Perbasi menyambut Piala Dunia Basket tahun 2023 di Jakarta? Salah satunya mendatangkan sepuluh pebasket Under 15 (U15) Afrika. Danny Kosasih, Ketua Umum Perbasi, menganggap para pebasket Afrika memiliki potensi yang luar biasa untuk membantu timnas Indonesia bersaing di Piala Dunia. Rencananya, sepuluh pebasket Afrika itu akan dijadikan warga negara Indonesia. Tentunya, lewat sistempembayaran yang telah disepakati dengan agen pemain. Kerjasama ini tak lepas dari jasa menantu Raja Dangdut Rhoma Irama, Mehmet Cetin sebagai penyambung lidah antara Perbasi dan agen. Danny mengaku penjualan pemain Afrika ke kancah internasional merupakan hal lumrah yang sudah dilakukan negara-negara lain, terutama Asia. Setidaknya menurut Perbasi, mendatangkan pemuda asing usia di bawah 15 tahun jauh lebih mudah daripada menaturalisasi pemain. ditambah adanya aturan orang asing di bawah 15 tahun dapat memilih kewarganegaraan tanpa perlu melalui proses birokrasi yang berbelit. Apa pendapat Bolamania? Sudah seputus asa itukah Perbasi akan kemampuan pebasket di negaranya sendiri? Akankah Pemerintah mau bekerjasama dan mendanai mega proyek Perbasi yang konon menelan biaya hingga ratusan milyar rupiah ini? Sila nikmati penelusuran BOLA di edisi Jumat yang sudah terbit hari ini. #CintaiprodukIndonesia Backsound: @iwaktherockfish

A post shared by TABLOID BOLA (@tabloid_bola) on 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P