Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ini 3 Regulasi Baru BWF yang Memberatkan Pemain

By Any Hidayati - Minggu, 25 Februari 2018 | 08:57 WIB
Manajer tim junior Indonesia, Susy Susanti, berbicara kepada awak media pada konferensi pers setelah Indonesia menang 5-0 atas Mongolia pada laga penyisihan grup H1 di GOR Among Rogo, Yogyakarta, Selasa (10/10/2017). (BADMINTON INDONESIA)

Regulasi baru yang diterapkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (Badminton World Federation/BWF) mulai All England Terbuka 2018 membuat Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti meradang.

Susy mengaku keberatan dengan peraturan baru yang diterapkan BWF tersebut.

Setidaknya ada tiga aturan yang dikritisi Susy karena dinilai memberatkan pemain. Menurut Susy, aturan pertama yang memberatkan adalah regulasi pemain elite minimal bertanding pada 12 turnamen dalam setahun.

(Baca Juga: Benarkah Nama Baru Turnamen Bulu Tangkis 2018 Meniru Tenis?)

Kedua, soal aturan servis yang membatasi batas maksimal tinggi awalan servis adalah 115 centimeter (cm). Lalu yang terakhir sekaligus paling disoroti Susy ialah berubahnya reli poin 21 (maksimal tiga gim) menjadi 11 poin (maksimal lima gim).

Peraih medali emas pertama untuk Indonesia ini menduga perubahan sistem skor tersebut berkaitan dengan perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 yang tinggal dua tahun lagi.

Namun, Susy menilai kebijakan BWF itu terlalu berisiko mengingat proses adaptasi sistem skor pertandingan bagi seorang pemain tidaklah mudah dan cepat.

"Penerapan skor 11 (poin) untuk persiapan Olimpiade 2020, waduh terlalu mepet," ucap Susy yang dikutip dari Badminton Indonesia.

BWF akan mulai menerapkan sistem poin baru pada turnamen All England Terbuka 2018 yang digelar di Birmingham, Inggris, pada 14-18 Maret mendatang.