Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pasangan ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, harus memendam keinginan untuk membalas kekalahan atas Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang).
Dalam empat pertemuan dengan pasangan ranking dua dunia tersebut, Greysia Polii/Apriyani Rahayu belum pernah sekali pun memetik kemenangan.
Matsutomo/Takahashi kini kerap menjadi batu sandungan bagi Greysia/Apriyani. Padahal ganda putri yang baru dipasangkan tahun lalu ini tercatat pernah mengalahkan hampir semua pasangan ganda putri kelas dunia.
Pertemuan pertama dengan Matsutomo/Takahashi terjadi pada Korea Open 2017 dan Greysia/Apriyani dikalahkan dengan skor 15-21, 13-21.
Pada pertemuan kedua di Japan Open Super Series 2017, Matsutomo/Takahashi kembali menang dengan skor 21-15, 12-21, 21-15.
Dalam laga di kandang sendiri pada Indonesia Masters 2018, Greysia/Apriyani masih belum dapat menembus pertahanan pasangan peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 tersebut.
Di laga final, mereka kalah dua gim langsung dengan skor 17-21, 12-21.
(Baca juga: Keprihatinan Pelatih Timnas soal Tak Tersedianya Gedung Khusus Voli di GBK)
Pada babak semifinal Kejuaraan Beregu Asia 2018, Greysia/Apriyani lagi-lagi harus mengakui ketangguhan Matsutomo/Takahashi dalam pertarungan rubber game berdurasi 88 menit dengan skor 22-20, 19-21, 18-21.
Greysia/Apriyani pun urung menyumbang angka bagi tim Indonesia.
Simak petikan wawancara Badmintonindonesia.org bersama Eng Hian, Kepala Pelatih Ganda Putri PBSI seusai pertandingan semifinal beregu putri Kejuaraan Beregu Asia 2018 di Stadium Sultan Abdul Halim, Alor Setar.
Apa keistimewaan Matsutomo/Takahashi sehingga begitu sulit ditembus Greysia/Apriyani ?
Pasangan Jepang ini punya skill komplet dan kuat di segala lini. Ditambah lagi shuttlecock yang dipakai di turnamen ini agak lambat, jadi butuh kesabaran dan keyakinan di setiap pukulan.
Bagaimana penampilan Greysia/Apriyani di pertandingan semifinal?
Apri masih belum konsisten, kadang terburu-buru dalam menerapkan tempo permainan dan masih kurang variatif. Poin lawan banyak datang dari ketidaksiapan Greysia/Apriyani.
Mereka tidak siap pengembaliannya, padahal kalau dilihat pukulan lawan saat itu lagi tidak kencang, tidak menyulitkan, mungkin sudah letih pada saat reli. Saya melihat kondisi fisik Greysia/Apriyani tidak siap, badannya sudah letih dari dua turnamen beruntun (Indonesia Masters 2018 dan India Open 2018).
(Baca juga: Seorang Pebulu Tangkis Malaysia Tersangkut Kasus Pengaturan Skor)
Meskipun belum bisa memperbaiki catatan rekor pertemuan, apakah ada progress dari penampilan Greysia/Apriyani?
Saya sengaja menurunkan Greysia/Apriyani hari ini dan ketemu lagi sama Matsutomo/Takahashi, dengan tujuan mereka belajar lagi. B
Biarkan saja ketemu sebanyak-banyaknya dengan Matsutomo/Takahashi, dengan catatan harus belajar, dan saya lihat hasilnya memang sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya.
Jika bertemu lagi dengan Matsutomo/Takahashi, apa yang harus diperbaiki Greysia/Apriyani?
Pastinya harus lebih siap, selain non teknis, menurut saya yang perlu ditambah adalah daya tahan (endurance), harus lebih tahan lagi, tenaganya ditambah lagi.
Setelah ini, masih ada waktu empat minggu ke All England. Kami akan optimalkan daya tahan otot dan tenaga Greysia/Apriyani, apalagi di All England lapangannya tidak berangin dan kondisi shuttlecock cukup berat.