Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Timnas Balap Sepeda Eritrea, Tiada Hari Tanpa Bersepeda

By Yakub Pryatama - Kamis, 1 Februari 2018 | 12:44 WIB
Aksi sejumlah pebalap dalam lomba Etape 1 balap sepeda Tour De Indonesia 2018, Kamis (25/1/2018). Ajang olahraga bersepeda jarak jauh yang dipadu pariwisata tersebut menempuh jarak 127 kilometer melewati Solo, Sragen, dan Ngawi. (FERNANDO RANDY/BOLA/BOLASPORT.COM)

Ada hal yang menarik perhatian dari gelaran Tour de Indonesia (TdI) 2018 pada 25-28 Januari yaitu hadirnya salah satu negara asal benua Afrika yang mengikuti ajang TdI, adalah tim nasional Eritrea.

Mungkin masih banyak yang belum mengetahui tentang negara yang berada di wilayah timur Afrika dan berbatasan langsung dengan laut merah tersebut.

Meski mengalami perekonomian yang buruk, Eritrea tetap eksis dalam cabang olahraga, terutama balap sepeda.

Sepeda menjadi olahraga yang cukup digemari di Eritrea.

Masyarakat Eritrea rata-rata menggunakan alat transportasi sepeda untuk melakukan aktivitas.

Eritrea juga mengukuhkan dirinya sebagai raja sepeda dari Afrika. Maklum, prestasi timnas sepeda Eritrea juga mentereng. Mereka berhasil keluar sebagai juara pada Kejuaraan Kontinental Afrika 2017.

"Di Eritrea sudah menjadi tradisi membawa sepeda dalam kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, setiap keluarga di Eritrea pasti memiliki sepeda," tutur manajer timnas sepeda Eritrea, Alem Amare kepada JUARA.

Jika melihat sepak terjang pebalap Eritrea di TdI, pebalap, Hanibal Tesfay, tentunya menjadi yang terdepan.

(Baca juga: Asian Games 2018 - Jusuf Kalla Resmikan Main Operation Center di Kantor Inasgoc)

Tesfay sukses mencuri perhatian setelah menjadi yang tercepat ketiga di etape keempat di Denpasar, Bali, pada Minggu (28/1/2018). Ia juga keluar sebagai runner-up pada hasil akhir klasifikasi King of Mountain (KoM).

Berbicara mengenai trek, Eritrea tak jauh berbeda dengan Indonesia yang memiliki banyak gunung yang tinggi sehingga kebanyakan perlombaan sepeda Eritrea adalah untuk para climber.

Selain sama-sama memiliki trek yang bergelombang, Amare melihat Eritrea dan Indonesia mempunyai kesamaan perihal budaya.

Bermacam-macam suku budaya tak membuat Indonesia kehilangan identitas. Begitu pula di negaranya. Ia mengaku suku budaya yang beragam membuat masyarakat Eritrea ramah terhadap sesama.

"Saya kagum dengan penonton yang menyaksikan langsung aksi balap kami di jalanan. Tim kami takjub dan bangga bisa disambut penonton sebanyak itu," ucap Amare.

Ia melihat kesamaan lainnya adalah kedua negara ini sama-sama mencintai sepeda. J

ika Eritrea saja bisa menjadikan sepeda sebagai identitas negaranya sebagai raja sepeda di Afrika, Indonesia juga seharusnya bisa menjadi raja sepeda di Asia. 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P