Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jonatan Christe: Istora Tidak Angker

By Verdi Hendrawan - Kamis, 25 Januari 2018 | 00:33 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, berupaya mengembalikan shuttlecock yang dilepas sang lawan, Son Wan-ho (Korea Selatan), pada babak kesatu turnamen Indonesia Masters 2018. (GARRY ANDREW LOTULUNG/KOMPAS.COM)

Bagi sebagian orang, Istora Senayan merupakan venue yang "angker" bagi para pebulu tangkis Indonesia. Namun, tidak bagi pebulu tangkis tunggal putra nasional Tanah Air, Jonatan Christie.

 

Jonatan memang gagal melewati babak kesatu turnamen Indonesia Masters 2018 yang digelar di Istora Senayan, Jakarta. Akan tetapi, menurut dia kegagalan tersebut bukan lantaran Istora "angker".

"Mungkin setiap atlet Indonesia tidak pernah menilai bahwa Istora adalah tempat yang angker. Namun, karena bermain di kandang sendiri dan memiliki keinginan untuk menang lebih besar, mungkin hal ini yang menjadi blunder," ucap Jonatan.

"Saya pribadi juga tidak pernah memiliki ketakutan tersendiri bermain di Istora, tetapi karena keinginan menang yang terlalu besar itu yang membuat saya sering lupa dengan strategi dan pola bermain," tutur Jonatan Christie lagi.

(Baca Juga: Undian Liga Negara Eropa 2018-2019, Begini Sistem Promosi-Degradasi Timnas Eropa)

Dalam beberapa tahun terakhir, prestasi para atlet bulu tangkis Indonesia seakan melempem setiap kali bertanding di Istora Senayan yang kerap menjadi venue turnamen bulu tangkis prestisius di Tanah Air.

Jika menilik sejarah turnamen Indonesia Open -yang kini naik level ke Premier of Premier- yang digelar di Istora, jarang sekali ada atlet bulu tangkis nasional yang mampu unjuk gigi dalam beberapa tahun terakhir.

Tercatat, sejak 2009 hingga 2016 pada gelaran tersebut, hanya Simon Santoso (tunggal putra, 2012) dan pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (ganda putra, 2013) yang mampu menjadi juara di hadapan pendukung sendiri.

Padahal, prestasi atlet-atlet bulu tangkis Indonesia saat berlaga di luar negeri bisa dikatakan jauh lebih baik.

(Baca Juga: Australian Open 2018 - Tembus Semifinal, Angelique Kerber Antusias Tantang Simona Halep)

Situasi serupa juga terjadi saat Indonesia Open 2017 digelar di Jakarta Convention Centre (JCC). Venue baru yang bertugas sebagai pengganti Istora kala dipugar itu cuma bisa menjadi saksi bisu bagi lahirnya satu juara dari Indonesia.

Hanya pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran) yang berhasil menyabet gelar juara setelah pada laga final sukses mengalahkan pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, dengan skor 22-20, 21-15.

Sementara itu, pasangan ganda putra Marcus Gideon/Kevin Sukamuljo yang bergelimang gelar sepanjang tahun lalu, tumbang pada babak pertama dari pasangan Denmark.

Tahun ini, Istora yang kembali menjadi venue bagi turnamen bulu tangkis prestisius di Tanah Air, lagi-lagi tak ramah bagi para wakil tuan rumah.

Beberapa pemain andalan Indonesia, yakni pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Angga Pratama serta dua pemain tunggal putra Ihsan Maulana Mustofa dan Jonatan Christie sudah gugur pada babak pertama.

 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P