Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Arah jarum jam sedang menunjukkan pukul 13.00 WIB. Ketika itu, matahari sedang terik-teriknya.
Segerombolan anak kecil bermain lepas dan bersenang-senang di sekitaran rel kereta api daerah Cengkareng, Jakarta.
Mungkin hari itu menjadi hari terbaik sekaligus yang tak akan terlupakan bagi Maria Goreti Samiyati. Tak dinyana, kaki kanan Maria harus terkena sambaran kereta saat melewat.
Padahal, saat itu ia telah menjauhi rel kereta. Sial bagi Maria karena terkena hentakan angin besar yang mengakibatkan dirinya terjatuh.
Kejadian yang terjadi pada 2004 itu, membuat salah satu kakinya harus di amputasi. Sejak saat itu, lika-liku kehidupan remaja Maria terus terpuruk, ia belum bisa beradaptasi dengan lingkungan terdekat.
Bahkan Maria sempat kehilangan akal sehat karena sempat memiliki pemikiran tak percaya kepada Tuhan.
Dukungan orang tua dan kerabat tersekat terus mengalir untuk wanita yang berasal dari Cilacap itu. Akhirnya ia mencoba bangkit setelah mau bergabung dengan Yayasan Sinar Pelangi. Ia diberikan keterampilan kursus menjahit.
Baca juga:
"Saya masih belum bisa terbuka dengan orang-orang saat di Yayasan. Tapi, Yayasan inilah yang mengubah hidup saya," ucap Maria yang berusia 29 tahun itu.
Pada 2014, ia diajak untuk bergabung dengan National Paralympic Committe (NPC ). Disitulah perubahan hidup seorang Maria mulai terlihat. Pertemuannya dengan Welly Ferdinandus, Ketua NPC DKI, yang memperkenalkannya dengan olahraga balap kursi roda merubah segalanya.