Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Indonesia baru saja mengikuti dua turnamen superseries di Eropa yang digelar pada Oktober yakni Denmark Terbuka dan Prancis Terbuka 2017.
Pada Denmark Terbuka, Indonesia menempatkan satu finalis melalui pasangan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan dua semifinalis lewat pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan pasangan ganda putra, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi.
Pada babak final Denmark Terbuka Marcus/Kevin dikalahkan Juara Dunia 2017, Zhang Nan/Liu Yuchen (China), dengan skor 16-21, 24-22, 19-21.
Di Prancis, skuat Merah Putih memboyong dua gelar dari pasangan ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Greysia/Apriyani yang tak diunggulkan berhasil membuat kejutan dengan meraih gelar juara seusai menumbangkan para unggulan dari Jepang, China, dan Korea Selatan.
Greysia/Apriyani merebut titel juara setelah menumbangkan Lee So Hee/Shin Seung Chan (Korea Selatan), dengan skor 21-17, 21-15.
Sementara itu, Tontowi/Liliyana mengalahkan unggulan pertama dari China, Zheng Siwei/Chen Qingchen, dengan skor 22-20, 21-15.
(Baca juga: Kidambi Srikanth: Dominasi Lin Dan dan Lee Chong Wei Sudah Berakhir)
"Hasil di Denmark dan Prancis sangat baik karena kami mampu merebut dua gelar superseries. Khusus ganda putri, sudah 20 tahun tidak juara di Prancis," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Susy Susanti seperti dilansir JUARA.net dari Badmintonindonesia.
"Semoga hasil ini memberi semangat baru dan menular ke atlet sektor lain agar dapat memacu diri, kerja keras demi menghasilkan prestasi terbaik di kejuaraan-kejuaraan penting yang akan datang," ucap Susy.
Susy menilai sektor ganda campuran, ganda putra serta ganda putri telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun, sektor tunggal putra dan putri masih perlu konsistensi dan kerja keras lebih.
"Tunggal putra dan tunggal putri masih belum konsisten, butuh fokus kematangan dalam menghadapi setiap lawan serta kesiapan dalam menghadapi lawan yang berbeda-beda," ujar Susy.
"Untuk tunggal putri, kami masih harus kerja keras untuk bisa masuk rangking elite dunia. Kami usahakan dalam waktu satu-dua tahun yang akan datang bisa mencapai prestasi yang lebih tinggi seperti di level superseries," tutur Susy.
(Baca Juga: Liliyana Natsir dan Ironi Sang Grand Master Catur Indonesia)
Sementara itu, pelatih kepala ganda putri nasional Eng Hian, memberikan apresiasiatas raihan Greysia/Apriyani. Pasangan senior-junior ini merupakan hasil racikannya yang baru dipasangkan pada Piala Sudirman 2017, Mei lalu.
"Saat melihat hasil pertandingan mereka di Korea dan Jepang Open, saya bilang kepada Chafidz (Yusuf – Asisten Pelatih Ganda Putri PBSI). Kalau melihat performa Greysia/Apriyani begini, tinggal nunggu waktu saja, kapan 'pecah telor' (dapat gelar)," kata Eng Hian.
"Melihat kualitas mereka, memang sudah bisa bersaing di kelas atas. Namun, cukup surprise juga mereka menangnya di Prancis, tidak menduga secepat ini,” ujar Eng Hian.
Menurut Eng Hian, setelah meraih gelar pada Prancis Terbuka, tugas Greysia/Apriyani tentu belum selesai. Keduanya bahkan harus mampu mengontrol ekspektasi berbagai pihak yang dibebankan kepada mereka ke depannya.
"Mereka harus bisa menjaga ekspektasi diri sendiri, pengurus PBSI, dan masyarakat. Pokoknya, sekarang fokus dulu ke diri sendiri," ucap Eng Hian.
Setelah dua tur Eropa, para pebulu tangkis akan bersiap untuk mengikuti kejuaraan China Open Superseries Premier 2017 dan Hong Kong Open Superseries 2017.
Para pemain elite juga tengah berburu poin untuk dapat tampil pada kejuaraan bergengsi BWF Super Series Finals 2017 di Dubai, Desember mendatang.