Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Penyelesaian akhir buruk dan serangan monoton. Dua hal ini merupakan problem klasik yang merecoki permainan tim nasional Indonesia setiap kali melakoni pertandingan internasional, entah bertajuk uji coba atau kejuaraan resmi.
Penulis: Indra Citra Sena
Belakangan, problem klasik itu mulai teratasi seiring kedatangan Luis Milla. Permainan timnas U-22 yang diproyeksikan mengikuti Kualifikasi Piala AFC U-23 2018 dan SEA Games Malaysia 2017 sudah mendekati standar sang pelatih, terutama di dua laga uji coba terkini.
Indonesia semakin terbiasa memainkan sepak bola dari kaki ke kaki dan mengurangi intensitas umpan silang. Perkembangan signifikan ini terlihat ketika mengalahkan Kamboja (2-0) serta menahan imbang Puerto Riko (0-0) sebulan lalu.
Pusat permainan terletak di lini tengah karena Milla meminta para gelandang lebih sering memegang bola. Pemain sayap berkaki cepat seperti Febri Hariyadi, Miftahul Hamdi, dan Saddil Ramdani juga dituntut untuk aktif bergerak menusuk ke kotak penalti lawan mengandalkan kemampuan dribel mereka.
Namun, catatan impresif tersebut patut digarisbawahi mengingat timnas U-22 mendapatkan tenaga bantuan dari enam nama senior, yakni Kurnia Meiga, Fachrudin Aryanto, Adam Alis Setyano, Bayu Pradana, Stefano Lilipaly, dan Irfan Bachdim.
Di luar itu, Indonesia yang memasang pemain-pemain U-22 tanpa bantuan senior baru sekali melangsungkan pertandingan uji coba internasional, yaitu melawan Myanmar. Hasilnya adalah kekalahan 1-3.
Baca Juga:
Sisanya, agenda uji coba timnas U-22 sebatas tim-tim lokal, antara lain versus Persija Jakarta, Persita Tangerang, Persewangi Banyuwangi, Bali United, PS Badung U-21, dan PS Badung.
Sentuhan Akhir
Bermodalkan skuat murni U- 22, problem klasik Indonesia bisa muncul kembali di Kualifikasi Piala AFC U-23 2018, terlebih soal sentuhan akhir. Insting gol personel ofensif laskar Merah-Putih masih harus dibenahi.
Sejauh ini, hanya terdapat dua pemain timnas U-22 yang mampu menggetarkan gawang lawan di laga uji coba internasional, yaitu Ahmad Nur Hardianto (vs Myanmar) dan Gian Zola Nasrulloh (vs Kamboja).
Selebihnya, Febri, Saddil, Miftahul, Yabes Roni Malaifani, Marinus Wanewar, Septian David Maulana, dan Ezra Walian belum sekali pun berhasil menuntaskan peluang yang mereka dapat menjadi gol.
“Lini depan timnas U-22 belum maksimal. Sentuhan akhir mereka masih perlu diasah. Saya berharap Luis Milla menyadari problem ini sehingga permainan Indonesia bisa lebih baik lagi di Kualifikasi Piala AFC U-23 2018,” kata eks pelatih timnas sekaligus pengamat sepak bola nasional, Bambang Nurdiansyah, kepada BOLA.