Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tim Semen Padang merasa tak nyaman dengan jadwal pertandingan Liga 1, khususnya pekan ke-15 saat menjamu Arema Malang, Jumat (21/7/2017). Empat hari sebelumnya, tim berjulukan Kabau Sirah itu harus melakoni laga tandang ke Papua menghadapi Perseru Serui.
Sesuai jadwal, usai melawan Persija, Rabu (12/7/2017), Hengky Ardiles dkk harus terbang menuju Serui pada Senin (17/7/2017).
Tim Semen Padang memilih terbang lebih awal agar bisa memulihkan kondisi setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 17 jam.
Semen Padang belajar dari kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) tahun lalu.
Untuk sampai ke kota di Kabupaten Kepulauan Yapen itu, mereka harus beganti penerbangan sebanyak tiga kali.
Bahkan, hari sudah berganti ketika mereka tiba di Kota Serui.
Yang dikeluhkan tim asuhan Nilmaizar bukan soal perjalanan Serui, tetapi jadwal kompetisi yang menurut mereka tidak masuk akal.
Baca Juga:
Apabila, tim Semen Padang bertanding di Serui pada 17 Juli. Lalu, sehari kemudian balik ke Padang.
Jadi, tim asuhan Nilmaizar akan tiba di Padang pada 18 Juli tengah malam atau 19 Juli pagi.
Praktis, mereka hanya beristirahat satu hari menjelang lawan Arema pada Jumat, 21 Juli.
“Sepandai-pandai mengakali situasi, kami hanya sempat berlatih sehari. Itupun masih dalam kondisi jet lag,” kata Manajer Semen Padang, Win Benardino kepada JUARA, Rabu (12/7/2017) di Padang.
Menyikapi jadwal yang disebut tak masuk akal itu, manajemen Semen Padang sudah menyurati PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) pada 8 Juni 2017.
Karena tak ada jawaban, Semen Padang mengirimkan surat kedua dengan isi yang sama pada 10 Juli 2017.
PT LIB baru membalas sehari menjelang Semen Padang melawan Persija, Selasa (11/7/2017). Isinya menolak keberatan Semen Padang.
Malah, PT LIB meminta manajemen Kabau Sirah untuk bernegosiasi dengan Perseru. Belakangan, Perseru menolak karena merasa tak punya kepentingan.