Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Awal Maret 2007, Real Madrid menjamu Getafe di Santiago Bernabeu. Madridista di stadion kebanggaan Los Blancos menjadi saksi sejarah unik dan penting: satu-satunya momen Marcelo dan Roberto Carlos ada di satu lapangan dalam pertandingan resmi.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Kejadian tak lama, paling cuma tiga menit. Marcelo masuk dari bangku pemain cadangan buat menggantikan Gonzalo Higuain pada menit ke-88. Saat itu, Carlos juga sudah ada di lapangan.
Marcelo dan Carlos, sang legenda di posisi bek kiri Real Madrid dan Brasil, bermain bersama. Selanjutnya, laga seperti ini tak pernah terjadi lagi. Si legenda tak pernah lagi bermain bareng pemain yang mengidolakannya itu.
Marcelo cuma bermain dua kali lagi dan Carlos meninggalkan Los Blancos pada pengujung 2006-2007, di mana mereka meraup titel La Liga.
Siapa sangka, momen itu ibarat fase vital perpindahan kekuasaan dari Carlos ke Marcelo. Si pemilik nama terakhir memang direkrut Los Blancos Januari 2007 dengan satu intensi: menjadi penerus sang maestro sisi kiri pertahanan.
Tugas mahaberat dan dahsyat, yang pelan tetapi pasti mampu dijalankan secara brilian.
"Roberto Carlos akan bertahan di Madrid sampai akhir musim, hal yang kita semua inginkan. Carlos bahagia di Madrid. Marcelo adalah pengganti Carlos. Marcelo akan terus berada di Madrid sampai dia sendiri yang merasa sudah ingin pergi," ucap Presiden Madrid, Ramon Calderon, pada 14 November 2006 di Bernabeu.
Kalau bocah-bocah kecil di pantai Botafogo Brasil mengidolakan Pele, Ronaldo Luis, hingga Rivaldo, tidak demikian dengan Marcelo.
Ia sudah sejak belia mengidolakan Carlos dan berambisi menjadi penerusnya di Madrid maupun tim nasional Brasil.