Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Ivan Carlos: Menyablon Gol demi Gol

By Kamis, 22 Juni 2017 | 05:42 WIB
Selebrasi striker asal Brasil milik Persela, Ivan Carlos setelah mencetak gol ke gawang Persib di Stadion Surajaya, Lamongan, Sabtu (26/11/2016) malam. (SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Potret kebanyakan pesepak bola Brasil tampaknya bisa dilihat pada striker Persela, Ivan Carlos. Hidup dalam kemiskinan dan menjadikan sepak bola sebagai profesi adalah jalan hidup banyak pemuda Brasil.

Penulis: CW-1

Bal-balan pula yang akhirnya membawa pemain asal Brasil ini ke Persela pada turnamen TSC tahun lalu. Tak cuma bermain, ia kini menjadi idola baru bagi publik La Mania berkat permainan ngotot dan kegarangannya mencetak gol.

Eks pemain Hantharwady United (Myanmar) itu kini sudah mengemas tujuh gol. Kepada BOLA beberapa waktu lalu, ia menceritakan bagaimana awalnya bisa bermain di Indonesia dan sejumlah hal lain. Berikut wawancaranya:

Bisakah menceritakan masa kecil dan karier Anda sebelum ke luar negeri?

Di masa kecil, saya bermain sepak bola seadanya saja di kota saya (Gaspar, Santa Catarina, Brasil). Kemudian saya sempat berhenti bermain untuk membantu ibu.

Saat itulah saya berhenti bermain sepak bola dan mulai bekerja untuk membantu ibu di rumah dengan imbalan uang tunai. Setelah beberapa saat dari situ, saya mencoba beberapa peluang dengan sepak bola tapi tidak berhasil.

Saya menghabiskan 18 tahun hidup untuk mencari kesempatan bermain secara profesional. Kemudian dua tahun yang lalu ada teman yang mengajak saya bermain pada sebuah turnamen di China.

Awalnya saya takut karena tidak pernah tahu tentang negara itu. Tapi, saya tetap pergi karena didorong keinginan untuk membantu ibu mengatasi masalahnya.

Baca juga:

Pekerjaan apa yang Anda lakukan dulu? Kemudian, apa klub Anda saat memulai karier sebagai pesepak bola?

Saya bekerja sebagai tukang cetak gambar pada pakaian (tukang sablon). Klub tempat saya berlatih pertama kali itu di kota saya, Athletic Club Tupi. Sebelum meninggalkan Brasil, saya tidak pernah bermain secara profesional. Saya hanya bermain di level amatir.

Sebelum di Persela Anda berkarier di mana saja?

Sebelum bermain di sini, saya bermain di beberapa negara Asia, seperti China, Vietnam, Laos, dan Myanmar. Tetapi, bagi saya Indonesia adalah negara yang lebih baik dibandingkan negara-negara yang sebelumnya saya singgahi.

Saya bermain di Long An (Vietnam) kemudian SHB Vientiane (Laos), dan sebelum di sini saya bermain di Hanthawaddy United, Myanmar.

Hal apa yang membuat Anda datang ke sini?

Ketika bermain di Myanmar, saya sebetulnya sudah siap kembali ke Brasil. Kemudian ada teman saya, Hedipo Gustavo Da Conceicao (eks Persela), yang memberi tahu bahwa Persela butuh satu striker. Jadi, Hedipo berbicara pada tim. Begitulah ceritanya.

Apakah Anda sudah pernah dengar Liga Indonesia sebelumnya?

Saya tidak dengar banyak. Saya hanya tahu di Indonesia banyak suporternya dan sepak bolanya cukup baik.


Bek Taufiq Kasrun (kiri) dan striker Ivan Carlos saat membela Persela Lamongan kontra PSM Makassar pada laga kedua Grup B Piala Presiden 2017 di Stadion Si Jalak Harupat, Kab Bandung, Minggu (12/2/2017). (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET)

Anda bermain sangat baik sejak debut di TSC. Bagaimana Anda bisa beradaptasi dengan tim?

Saya bermain di banyak negara dan banyak klub. Ketika datang ke sini, saya punya keharusan menunjukkan kemampuan dan seberapa besar keinginan saya. Mungkin itu adalah salah satu alasan mengapa saya beradaptasi dengan cepat.

Alasan yang paling penting adalah mencintai sepak bola. Ini yang paling penting saat memasuki lapangan dan bisa bermain lepas.

Siapa yang paling membantu adaptasi Anda ?

Semua pemain dalam tim, sangat baik dan membatu saya. Lingkungannya sangat baik dan membantu saya untuk adaptasi. Ini sangat memudahkan. Tidak ada seseorang khusus.

Bagaimana Anda melihat Liga 1 sejauh ini?

Musim ini sangat jauh lebih baik. Tahun lalu sudah baik, tapi tahun ini semakin membaik. Saya pikir ini adalah hal positif.

Apa Anda sebelumnya pernah bermain di hadapan banyak suporter seperti di Persela?

Musim lalu, pertandingan pertama saya ketika melawan Gresik (Persegres) dan stadion sangat penuh. Itu adalah kali pertama saya bermain dengan banyak penonton. Teman saya berkomentar bahwa sangat mungkin pemain bisa tampil bagus saat mendapati atmosfer seperti itu.

Terima kasih kepada La Mania. Saya selalu memiliki kekuatan untuk setiap pertandingan karena mereka. Mereka selalu ada serta mendukung kami di setiap pertandingan.

Di laga pembuka Liga 1, Anda dipukul oleh Ferdinand Sinaga. Apakah Anda terkejut dengan sepak bola Indonesia?

Ketika itu saya berbicara banyak dengan wasit. Tapi, saya juga sadar bahwa terlalu banyak berkomentar tidak baik untuk saya dan tidak mengubah apa pun.

Yang pasti, saya tidak pernah berpikir untuk melakukan hal serupa pada pemain lain. Saya tidak menyangka Ferdinand berbuat demikian. Saya hanya berusaha keras meraih bola.

Musim lalu, Anda bermain dengan Dendy Sulistyawan dan sekarang dengan anak muda lainnya, Fahmi Al-Ayyubi serta Sadil Ramdani. Apa perbedaan mereka?

Dendi adalah pemain yang sering berbicara dengan saya. Dia pemain yang cerdas dan memiliki inteligensi tinggi. Sadil sama, dia pemain yang sangat bagus, dan pengalamannya akan terus berkembang pesat.

Siapa bek terbaik di Indonesia yang pernah Anda hadapi?

Untuk pemain asing adalah Fabiano Beltrame, sementara defender lokal ialah Hamka Hamzah.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P