Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Gelandang Persik Kediri, Iman Budi Hernandi, mengaku ada yang berbeda dari bulan Ramadan pada tahun ini. Iman mengaku merindukan suasana saat ia menghabiskan waktu Ramadan saat masih menjadi santri.
Sebelum menjadi pemain profesional, Iman pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Miftahul Jannah, Malang. Pemain berusia 24 tahun mengaku memiliki banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan dari suasana bulan Ramadan di pesantren tersebut.
“Kalau di pesantren semua dilakukan bersama, mulai tarawih, tadarus, buka puasa hingga sahur juga bareng. Namun, yang paling saya rindukan waktu masak bersama dan nanti juga akhirnya di makan bersama,” kisah Iman.
Baca Juga:
Suasana kebersamaan yang sama sebenarnya juga dirasakan Iman bersama dengan rekan-rekannya di Persik. Nuansa kekeluargaan juga tidak kalah erat. Namun, Iman tetap merasa ada hal kurang dari Ramadan tahun ini.
“Waktu di pesantren saya merasa itulah Ramadan yang sesungguhnya, bisa fokus ibadah dan memperdalam ilmu agama. Kalau sekarang tetap fokus tapi terpecah karena harus latihan dan bertanding.”
“Hanya, tidak apa-apa, karena kerja kan juga dihitung ibadah,” ucapnya dengan nada mantap.
Selain suasana pesantren, ada satu hal lagi yang membuat Ramadannya terasa berbeda. Iman tahun ini tidak bisa memiliki banyak waktu berada di rumahnya, di Malang. Eks pemain Persela Lamongan ini pun rindu dengan lezatnya hidangan yang biasa disajikan oleh ibunya.
“Masakan ibu di rumah itu tetap yang paling enak. Mungkin kadang hanya tempe sama sambal saja, tapi kalau yang namanya masakan ibu rasanya melebih masakan di mana pun. Apalagi kalau buka puasa dengan keluarga,” tutur Iman.