Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Piala Konfederasi: Santai Saja, Tidak Ada Pengaruhnya!

By Sabtu, 17 Juni 2017 | 13:41 WIB
Pemain dan ofisial Brasil melakukan selebrasi usai menjadi juara Piala Konfederasi 2013 setelah mengalahkan Jerman di partai final yang digelar di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil, (30/6/2013). (SCOTT HEAVEY/GETTY IMAGES)

Barangkali Jerman sudah membuat keputusan tepat dengan membawa tim lapis kedua ke Piala Konfederasi 2017. Tidak perlu serius di turnamen ini. Santai saja, karena Piala Konfederasi tidak membawa pengaruh bagi peluang juara sebuah tim di Piala Dunia yang berlangsung setelahnya.

Penulis: Dwi Widijatmiko

Hipotesis gampang itu muncul jika menyimak korelasi antara Piala Konfederasi dan Piala Dunia. Piala Konfederasi adalah pemanasan untuk Piala Dunia. Teorinya, jika sebuah tim tampil bagus di Piala Konfederasi, mereka juga bakal oke di Piala Dunia.

Kenyataannya tidak seperti itu. Bagus di Piala Konfederasi bukan lantas sebuah tim akan sukses di Piala Dunia. Faktanya malah belum ada tim juara Piala Konfederasi yang kemudian berhasil menyandingkan trofi tersebut dengan Piala Dunia.

Baca Juga:

Tren tersebut sudah terjadi sejak turnamen masih memakai nama Piala Raja Fahd. Juga berlaku untuk turnamen-turnamen Piala Konfederasi yang dulu tidak dilangsungkan setahun sebelum penyelenggaraan Piala Dunia.

Pencapaian terbaik tim juara Piala Konfederasi hanya final Piala Dunia. Seperti ada kutukan karena walaupun mencapai final Piala Dunia, tim juara Piala Konfederasi itu lantas mengalami kekalahan dengan bumbu cerita menyakitkan.

Brasil adalah juara Piala Konfederasi 1997. Di final Piala Dunia 1998, mereka dibantai Prancis 0-3 dengan diwarnai sakit aneh yang diderita bintang nomor satunya, Ronaldo.

Prancis adalah korban lain kutukan tersebut. Menjuarai Piala Konfederasi 2003, Les Blues kalah dari Italia di final Piala Dunia 2006 lewat adu penalti.

Pada laga itu pula, pemain legendaris Prancis, Zinedine Zidane, pensiun sebagai pesakitan setelah dikartu merah gara-gara menanduk dada bek Italia, Marco Materazzi.

Ending Buruk

Nasib juara Piala Konfederasi yang lain jelas lebih buruk daripada Brasil 1998 dan Prancis 2006. Tim Prancis yang menjuarai Piala Konfederasi 2001 misalnya. Mereka langsung tersingkir di fase grup Piala Dunia 2002.

Edisi terakhir Piala Konfederasi juga memunculkan ending buruk buat sang juara. Setelah menjadi kampiun Piala Konfederasi 2013, Brasil begitu yakin akan bisa memenangi Piala Dunia yang digelar di rumah sendiri.


Kapten timnas Brasil, Thiago Silva (kiri) dan bek Maicon (kanan), menghibur rekannya, Oscar, yang tengah bersedih seusai dikalahkan Jerman dalam laga semifinal Piala Dunia 2014 di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Brasil, (8/7/2014).(PEDRO UGARTE/AFP)

Tapi, Selecao malah mengalami tragedi nasional yang lebih menyakitkan daripada Maracanazo, momen saat mereka secara mengejutkan dikalahkan Uruguay 1-2 di Stadion Maracana pada partai terakhir Piala Dunia 1950.

Pada 2014, Brasil dipermalukan Jerman 1-7 di semifinal! Karena laga digelar di Stadion Mineirao, Mineirazo pun menjadi sebutan buat tragedi nasional terbaru itu.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P