Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Generasi Baru Petenis Milenial

By Sabtu, 17 Juni 2017 | 15:56 WIB
Jelena saat berpose sambil memegang trofi Suzanne Lenglen didepan patung Suzanne Lenglen pada hari ke-15 Prancis Terbuka 2017. di Rolland Garros, 11 Juni 2017. (ALEX PANTLING/GETTY IMAGES)

Nama petenis putri asal Latvia, Jelena Ostapenko, mendadak mahsyur dengan status sebagai juara Grand Slam Prancis Terbuka 2017.Dia mengangkat trofi Suzanne Lenglen dalam usia 20 tahun dua hari.

Penulis: Dede Isharrudin

Banyak orang terpana dengan prestasi itu. Maklum saja, dengan menduduki peringkat 47 WTA apa yang dilakukan Ostapenko memang sebuah kejutan. Namun, perempuan yang doyan berdansa ini tidak melakukannya dalam semalam.

Tahun 2014, ia sudah mencatatkan diri sebagai juara Wimbledon junior. Jika kini menjadi juara grand slam sesungguhnya, maka itulah jalan hidup kampiun yang seharusnya terjadi.

Ya, dalam waktu tiga tahun, ia mampu mendorong dirinya lebih keras dalam berlatih, lebih kencang dalam melepaskan servis atau backhand yang menjadi pukulan andalannya, dan tak ketinggalan lebih tinggi dalam bermimpi.

Baca Juga:

Tak heran, meski melewati tiga tahun tanpa gelar, Ostapenko terus memupuk asa. Mulai dari menginjak final turnamen ITF, lalu lolos dari babak kualifi kasi ke babak utama ajang WTA, hingga mengalahkan petenis-petenis top.

Tercatat nama-nama besar, seperti Carla Suarez Navarro, Svetlana Kuznetsova, Petra Kvitova, Andrea Petkovic, dan Caroline Wozniacki menjadi korbannya. Bahkan, Ostapenko unggul mutlak head to head, 4-0 atas Wozniacki, mantan petenis peringkat pertama WTA.

"Saya termasuk beruntung bisa memenangi grand slam di tengah persaingan tenis saat ini. Saya harus berusaha bermain dan memukul bagus karena ingin sekali memenangi semua gelar grand slam. Itu tujuan saya," ujar petenis yang mengidolakan Serena Williams itu.

Bermain dan memukul bagus sering nebjadi handicap bagi petenis muda yang melonjak seperti Ostapenko. Banyak petenis dengan status bintang dalam semalam lalu tenggelam karena tak mampu menghadapi tekanan. Namun, menurut pelatihnya, Anabel Medina Garrigues, hal itu tidak akan terjadi pada diri Ostapenko. Mengapa?