Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Ia pemain yang berbeda. Jelena sering bermain bagus dan saat hal itu terjadi tak ada satupun yang bisa mengalahkannya. Ia hanya berusaha untuk terus bermain bagus dan menjaga diri dari cedera karena pada dasarnya Jelena tipe petenis yang selalu bergerak dan tidak bisa diam," ucap pelatihnya.
Bakat Sejak Kecil
Tipe orang yang tak bisa diam memang melekat pada diri anak pasangan Jelena Jakovleva dan Jevgenijs Ostapenko ini. Lahir dari orang tua yang doyan olahraga, Ostapenko kecil sejak berusia 5 tahun sudah dilatih mengayun raket.
"Saya ingat ketika masih sangat muda, berusia 7 atau 8 tahun, ia sudah bermain tenis dengan ibunya di klub tenis yang sama tempat saya berlatih," ujar Agnese Rozite, salah satu teman dekat, dikutip dari Worldtennismagazine.com.
"Sejak kecil ia sudah menunjukkan bakat. Namun, tetap saja tak ada yang menyangka bahwa seorang petenis dari Latvia bisa menjadi juara grand slam. Kini semua orang di Latvia percaya bahwa siapapun bisa mencetak sejarah dan apa yang dilakukan Jelena sangat menginspirasi anak-anak di Latvia," ujarnya.
Rozite menceritakan pula karakter cewek kelahiran 8 Juni 1997 itu yang tak bisa diam dan ingin segala sesuatu dengan cepat sangat berpengaruh pada cara dirinya bermain tenis.
"Ia tipe petenis yang ingin segera masuk ke lapangan, lalu bertanding, dan menghasilkan poin dengan cepat, kemudian sebisa mungkin menang pula dengan cepat. Oleh sebab itu, jika ada petenis yang ingin mengajaknya bermain reli, ia sebaliknya. Jelena ingin menyudahi dengan cepat," katanya.
Hal itu dibuktikan saat petenis dengan tinggi badan 177 cm itu mengalahkan Simona Halep di final Prancis Terbuka. Saking cepatnya ingin menuntaskan laga itu, ia mencetak 54 pukulan winner serta 54 kali pula melakukan unforced error. Prinsipnya, demi mengalahkan lawan, Ostapenko siap akan risiko gagal.