Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Persipura, Hati-hati Kutukan Kalah Beruntun

By Sabtu, 10 Juni 2017 | 13:05 WIB
Pemain Persipura Jayapura seusai mengalahkan Persiba Balikpapan dalam laga pekan ketujuh Liga 1 di Stadion Gajayana, Malang, Jawa Timur (22/05/2017) Senin malam. (SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Persipura mengalami kejadian langka sepanjang sejarah tampil di kompetisi tertinggi Tanah Air sejak Liga Super Indonesia 2008. Pada Liga 1 2017 Mutiara Hitam kalah dua kali beruntun.

Penulis: Ferry Tri Adi/Suci Rahayu

Setelah kalah telak dari PSM 1-5 pada pekan kesembilan, Boaz Solossa dkk kembali takluk di tangan Madura United dengan skor 0-2 pada pekan ke-10.

Pelatih Persipura yang kini telah mundur, Liestiadi, mengklaim kekalahan kedua beruntun yang diterimanya lantaran tak tampil dengan skuat penuh.

Lies kehilangan Marinus Wanewar, yang terkena kartu merah di laga kontra PSM. Selain itu, Osvaldo Haay harus membela Indonesia U-22.

“Setiap tim lawan yang menghadapi Persipura selalu mau menang. Lawan menekan dan memakai berbagai cara, terutama untuk membuat pemain kami emosi. Saya tidak mengeluhkan kualitas wasit yang memberi kartu merah. Penonton sepak bola Indonesia bisa menilai sendiri," kata Liestiadi.

"Pada partai melawan Madura United, kami menurunkan tiga pemain U-22 di depan, yaitu Yan Pietr, Prisca Womsiwor, dan Elisa Basna dengan target man Boaz. Kami kehilangan Marinus dan Osvaldo yang otomatis mereduksi kekuatan kami,” tutur Lies.

Persipura harus waspada dengan perjalanan awal mereka. Pasalnya, Mutiara Hitam punya kutukan jika menilik dua kekalahan beruntun.

Persipura jarang mengalami dua kekalahan beruntun sejak 2008. Pada musim perdana LSI, Mutiara Hitam cuma kalah empat kali dan tidak sampai kalah beruntun.


Gelandang Madura United, Saldi (kedua dari kiri), berupaya merebut bola dari penguasaan bek Persipura Jayapura, Ruben Sanadi, dalam laga pekan ke-10 Liga 1 di Stadion Gelora Bangkalan, Jawa Timur (07/06/2017) Rabu malam.(SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Kala itu, klub kebanggaan masyarakat Papua ini meraih gelar juara liga. Petaka datang pada musim berikutnya. Persipura hanya menjadi runner-up di bawah Arema dengan format kompetisi sama, yaitu satu wilayah dengan 18 tim.

Pada pekan ketujuh LSI 2009, Persipura mengalami kekalahan perdananya kala itu. Namun, dua kekalahan menyusul pada dua pekan berikutnya.

Tiga kekalahan tersebut menjadi kutukan lantaran hanya itu luka tanpa poin yang diderita Mutiara Hitam pada LSI 2009.

Semusim berselang, Persipura kembali merebut mahkota juara liga. Namun, kali ini peserta yang tampil hanya 15 klub. Mutiara Hitam pun mengalami dua kekalahan beruntun pada LSI 2010.

Akan tetapi, hal itu dengan catatan ada pertandingan yang batal digelar di tengah dua kekalahan tersebut lantaran sang lawan, Persema Malang, pindah ke Liga Primer Indonesia.

Baca Juga:

Pada LSI 2011, Persipura kembali gagal meraih juara. Titel jawara direbut Sriwijaya FC. Pada kompetisi yang kembali ke format 18 tim itu, Mutiara Hitam kembali harus mengakui kalau kutukan dua kekalahan beruntun menggagalkan mereka menjadi juara.

Pada 2013, mereka kembali menjadi juara liga kasta tertinggi Indonesia tanpa ada dua kekalahan beruntun.

Namun, kutukan kembali datang pada LSI 2014. Pada kompetisi dengan format dua wilayah (masing-masing wilayah 11 tim) itu Persipura mengalami dua kekalahan beruntun.

Meski melaju ke final, Mutiara Hitam takluk melalui adu penalti dari Persib. Kini, Persipura layak menyoroti kutukan itu. Pada turnamen terakhir, TSC 2016, Mutiara Hitam berhasil menjadi jawara tanpa dua kekalahan beruntun.

Apakah ini tanda-tanda kalau musim 2017 bukan tahunnya Persipura?

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P