Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sejak Liga 1 dimulai, Persib digadang-gadang bersaing ketat di jalur juara. Namun, selepas laga pekan kesembilan, Maung Bandung menempati posisi ke-13 hingga pertandingan Rabu, 7 Juni 2017.
Penulis: Ferry Tri Adi/Budi Kresnadi
Tak mantapnya starting XI menjadi salah satu alasan kuat buruknya performa Persib. Lini tengah tentu menjadi sorotan karena hampir selalu berubah di setiap laga.
Pelatih Djadjang Nurdjaman seakan belum menemukan motor sentral yang pas buat timnya. Hariono dan Kim Jeffrey Kurniawan, yang tahun lalu di Torabika Soccer Championship (TSC) menjadi duet utama, kini harus berpisah.
Hariono mengisi starting line-up di lima pekan, sementara Kim hanya dua laga. Posisi keduanya diisi bergantian oleh Raphael Maitimo, Dedi Kusnandar, Michael Essien, Gian Zola, atau Ahmad Subagja Basith.
Tercatat, Persib cuma dua kali menurunkan starting XI sama secara beruntun, yaitu pada pekan ketiga dan keempat. Djanur, sapaan akrab sang pelatih, tampak ragu ketika ditanya soal komposisi lini tengahnya.
“Kami punya Hariono, Dedi, Maitimo, Kim, Zola, Ahmad, dan Essien. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan," ujar Djanur.
Ada tujuh komposisi berbeda lini tengah dengan formasi 4-3-3 yang sudah dicoba Djanur selama sembilan pekan. Goyahnya lini sentral Maung Bandung disadari oleh Dede Iskandar, mantan pemain Persib seangkatan Djanur.
Dede menilai tak stabilnya penampilan Persib disebabkan seringnya gonta-ganti komposisi pemain.
"Pelatih seperti belum memiliki komposisi pemain yang menjadi pakem sehingga hampir di setiap pertandingan mengalami perubahan. Lini tengah paling mencolok," tutur Dede.
"Ada tujuh nama di sana yang diturunkan bergantian. Padahal, seharusnya pelatih punya pemain utama di setiap pertandingan. Jika memiliki pilihan utama yang selalu dimainkan, chemistry akan cepat terbangun. Kalaupun ada pergantian, sifatnya situasional,” katanya.
Permutasi ternyata tak hanya terjadi di lini tengah. Pos penjaga gawang ditempati I Made Wirawan hanya tiga pekan awal saja, sisanya M. Natshir Fadhil yang lebih dipercaya.
Lini belakang hanya terjadi perubahan di seputar bek sayap. Henhen Herdiana selalu tampil di setiap laga sebagai starter. Sementara itu, Tony Sucipto (3 laga) di pos bek kiri bergantian dengan Supardi (6 laga).
Persib seharusnya semringah lantaran komposisi duet jantung pertahanan tak diubah. Namun, ternyata ada faktor lain di balik selalu hadirnya duet Vladimir Vujovic dan Achmad Jufriyanto di tiap laga (kecuali pekan kesembilan).
Maung Bandung tak punya bek tengah lain selain mereka. Petaka bahkan datang ketika Vujovic tak bermain pada pekan kesembilan karena hukuman akumulasi kartu. Bek sayap Wildansyah dipaksakan berduet dengan Jufriyanto.
Tak hanya itu, menurut Dede, lini pertahanan Persib yang tampak solid karena komposisi tak berubah ternyata masih menyisakan cela. Formasi bek sejajar disinyalir membuat pertahanan Maung Bandung rapuh kalau menghadapi lawan yang punya kecepatan.
Baca Juga:
Dede menilai seharusnya Persib menerapkan skema pertahanan berlapis. Satu bek tengah agak mundur dan bertindak sebagai libero di belakang bek tengah lain dan gelandang bertahan.
"Kalau sedang diserang, Vujovic berada di belakang Jupe dan Hariono sehingga bisa langsung mengantisipasi bila pemain lawan lolos," tutur Dede.
Minimnya pelapis juga terjadi di lini depan. Atep dan Febri Hariyadi memang dipercaya Djanur mengisi posisi sayap kanan dan kiri.
Namun, permasalahannya Persib tak punya penyerang tengah apik ketika Sergio van Dijk cedera.
Sejak pekan pertama hingga keenam, Djanur bergantian memercayakan ujung tombak kepada Shohei Matsunaga, Angga Febryanto, Tantan, dan Carlton Cole.
Sergio pun hanya tampil satu laga (pekan ketujuh) saja lantaran dinilai belum kembali ke performa awalnya. Pekan kedelapan dan kesembilan, Persib kembali menurunkan Shohei serta Tantan sebagai penyerang tengah.