Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Trofi tak menjamin kelangsungan karier. Thomas Tuchel menjadi korban terakhir. Borussia Dortmund tampak mencari keselarasan di dalam timnya.
Penulis: Christian Gunawan
Pada Sabtu (27/5), Thomas Tuchel memberikan trofi pertama buat Borussia Dortmund.
DFB Pokal direbut Die Schwarzgelben alias Si Hitam-Kuning setelah mengalahkan Eintracht Frankfurt dengan skor 2-1 di final.
Gelar itu mengobati kekecewaan kubu Dortmund setelah hanya berada di peringkat ketiga Bundesliga musim lalu, plus kekalahan di final DFB Pokal tahun sebelumnya di tangan Bayern Muenchen.
Trofi dari partai puncak yang digelar Olympiastadion Berlin itu akhirnya menjadi satu-satunya yang bisa dipersembahkan Thomas Tuchel buat Dortmund dalam dua tahun pengabdiannya setelah menggantikan Juergen Klopp.
Borussia Dortmund, klub dari Nordrhein-Westfalen, memutuskan mengakhiri kerja sama mereka dengan pelatih berusia 43 tahun itu.
Padahal, kontrak Thomas Tuchel di Borussia Dortmund masih tersisa satu tahun.
Dalam pernyataannya, Dortmund mengatakan bahwa keputusan untuk “secepatnya berjalan ke arah yang berlainan” dibuat dalam pembicaraan dua belah pihak pada Selasa (30/5).
BVB diwakili CEO Hans-Joachim Watzke dan Michael Zorc, Direktur Olahraga. Tuchel datang bersama agennya.
Alasan perpisahan itu tampak berhubungan dengan perseteruan di antara kedua kubu.
Relasi Tuchel dan petinggi klub, terutama Watzke, retak setelah kasus bom di luar stadion yang melukai bek Marc Bartra.
Saat itu, Tuchel berang karena klub tak mengajaknya berunding saat memutuskan laga di Westfalenstadion digelar hanya sehari setelah penangguhan.
Sanggahan Dortmund bahwa keretakan hubungan itu bukan alasan pemutusan kontrak pun terdengar sumir.
Karena gelar di DFB Pokal itu, pemecatan Tuchel yang keluar tiga hari setelah final tersebut terasa mengagetkan.
“Saya bersyukur untuk dua tahun yang indah, meriah, dan menyenangkan. Sayang tak bisa berlanjut. Terima kasih kepada suporter, tim, staf, dan semua yang mendukung kami. Semoga BVB meraih yang terbaik. TT,” demikian tulis Tuchel di Twitter untuk salam perpisahannya.
Favre hingga Nagelsmann
Eks arsitek Mainz itu disebut takkan berlama-lama menganggur. Tuchel sempat masuk bursa calon pengganti Arsene Wenger di Arsenal. Pep Guardiola adalah salah satu pengagum Tuchel. Namun, era Tuchel di Dortmund telah berlalu.
Baca Juga:
BVB akan mencoba mencari pengganti sepadan agar bisa menantang Bayern Muenchen yang meneruskan dominasi di Bundesliga diikuti kehadiran kejutan tim kaya baru, RB Leipzig. Beberapa nama kandidat bos baru BVB segera muncul.
Lucien Favre, pelatih yang mengangkat Nice di Ligue 1 musim ini, disebut sebagai calon kuat bersama pelatih yang juga mengejutkan di Bundesliga.
Julian Nagelsmann, yang berhasil mengirimkan Hoffenheim ke Liga Champions, juga berpeluang besar datang ke Signal Iduna Park alias Westfalenstadion.
Calon lain adalah Peter Stoger, yang telah mengubah Koeln dari klub promosi menjadi tim yang stabil di Bundesliga.
Niko Kovac (Frankfurt) dan Peter Bosz (Ajax) juga turut masuk bursa. Siapa pun pelatih baru BVB, pemecatan Tuchel mesti menjadi peringatan baginya. Tidak ada yang lebih berkuasa daripada klub.
"Kesejahteraan Borussia Dortmund, yang lebih dari sekadar prestasi, akan selalu lebih penting daripada individual-individual dan kemungkinan perbedaan di antara mereka." Begitu pernyataan klub sehubungan kepergian Tuchel.