Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Fenomena menarik terjadi pada akhir musim 2016-2017. Tak ada satu pun raja gol di kompetisi elite Eropa yang melengkapi prestasi pribadi mereka dengan trofi liga bersangkutan.
Gelontoran gol dan status top scorer personal tak dapat menjamin hadirnya raihan gelar kolektif.
Setidaknya, hal tersebut menjadi fakta yang terpapar di lima - bahkan enam - liga terelite Benua Biru musim ini.
Dimulai dari sosok tertajam milik FC Barcelona, Lionel Messi. Megabintang Argentina berusia 29 tahun itu tak terhentikan dengan mengemas 37 gol di La Liga 2016-2017.
Messi berarti telah memuncaki daftar Pichichi alias pemain tertajam Liga Spanyol empat kali. Sebelumnya hadir pada 2009-2010, 2011-2012, dan 2012-2013.
Akan tetapi, ketajaman individu sang bintang tetap gagal membawa Barcelona melampaui prestasi kampiun liga, Real Madrid. Barca finis sebagai runner-up.
Goals don't always win prizes.
— MARCA in English (@MARCAinENGLISH) May 30, 2017
None of the top scorers in Europe's 6 major leagues won the league title.
DETAILS: https://t.co/9HigOMTDYI pic.twitter.com/gYEhwGZfrf
Mungkin lebih menyesakkan bagi Barcelona karena sosok tersubur kedua berasal dari skuat mereka pula, yakni Luis Suarez (29 gol).
Secara overall, tim raksasa Catalunya itu juga merupakan kontestan dengan jumlah gol terbanyak. Mereka mencatat 116 gol, berbanding 106 gol milik Real Madrid.
Hasilnya, mahkota La Liga justru mendarat di kepala serdadu El Real.
Nasib serupa Messi dialami Harry Kane (Tottenham Hotspur), Edin Dzeko (AS Roma), dan Edinson Cavani (Paris Saint-Germain).