Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Jika saja faktor inkonsistensi bisa dieliminasi sepanjang perjalanan musim 2016/17, bisa jadi Liverpool tidak berakhir di peringkat empat klasemen. The Reds bahkan bisa melesat menjadi juara.
Penulis: Dedi Rinaldi
Namun, stabilitas permainan masih saja menjadi kendala. Manajer asal Jerman, Jurgen Klopp, sebagai suksesor Brendan Rodgers memang langsung memberikan dampak bagus pada Liverpool.
Dalam hal statistik, The Reds berada di posisi tertinggi sebagai tim yang jago dalam penguasaan bola.
Liverpool juga menjadi tim yang produktif dalam memproduksi gol.
Tak heran, pada musim ini Liverpool pun seolah melakukan lompatan jauh ketimbang musim lalu yang berada di posisi kedelapan klasemen Premier League.
Sayang, stabilitas permainan belum bisa dijaga dengan baik oleh Liverpool. Setelah mampu mengungguli tim favorit, tiba-tiba Liverpool tumbang oleh tim medioker pada pertandingan berikutnya.
The Reds yang sempat memuncaki klasemen di pengujung 2016, mendadak terpeleset jauh dari zona empat besar pada Januari 2017.
Dengan kerja keras dalam mengembalikan semangat tim Liverpool bisa kembali ke peringkat keempat.
Kurang Percaya Diri
Klopp saat mengevaluasi performa pasukannya mengatakan bahwa timnya kurang percaya diri pada momen-momen krusial. Oleh karena hal inilah The Reds gagal berposisi lebih baik dari peringkat keempat di Premier League musim 2016/17.
Baca Juga:
“Inilah faktanya. Tidak hanya di kancah Premier League, melainkan pula di ajang turnamen, sehingga kami tidak berbicara banyak di ajang Piala Liga maupun Piala FA,” kata Klopp.
Namun, pada sisi lain Klopp sendiri tidak lepas dari kritik, di mana banyak pula yang menilai bahwa taktik Liverpool terasa monoton dan terlalu terpaku dengan satu sistem. Legenda Liverpool Jamie Carragher mengatakan Klopp seperti tidak memiliki rencana yang berbeda dalam melakoni laga-laga tertentu.
“Saya kira, Klopp terlalu menaruh kepercayaan pada pemain-pemain tertentu. Dia harus membuat perubahan pada musim depan,” kata Carragher.
Target awal: empat besar
Realisasi: peringkat keempat
Rapor: 8
MOMEN TERBAIK - Hujan Gol Pekan I
Pekan pertama Premier League 2016/17 langsung disuguhkan big match antara Arsenal melawan Liverpool di Emirates Stadium. Laga ini diwarnai tujuh gol yang berakhir dengan kemenangan Liverpool 3-4. Sebuah awal yang bagus.
MOMEN TERBURUK - Kekalahan di Anfield
Untuk pertama kali sejak 2007, Liverpool menelan kekalahan beruntun di Anfield sepanjang Januari 2017. Pertama dihantam Swansea City 2-3 di EPL , lalu kalah di semifinal Piala Liga 1-0 dari Southampton, dan kemudian ditundukkan tim divisi Championship, Wolverhampton Wanderers, 1-2 pada ajang Piala FA babak IV .
BINTANG - Philippe Coutinho
Maret 2017, Coutinho mencatatkan diri sebagai pemain Brasil pemilik gol terbanyak di Premier League dengan 30 gol, memecahkan rekor Juninho Paulista. Coutinho sangat berkontribusi bagi tim, bahkan di saat dirinya tidak bugar 100 persen.
FLOP - Daniel Sturridge
Kedatangan Klopp membuat karier Daniel Sturridge anjlok. Striker yang tajam saat berduet dengan Luis Suarez, ternyata bukan tipe yang disukai Klopp. Ditambah lagi dengan faktor cedera yang memperkecil peluang Studge bermain.
PELATIH - Juergen Klopp
Kehadiran Juergen Klopp berdampak pada kekuatan Liverpool dalam penguasaan bola dan menjadi tim yang produktif mencetak gol, namun masih terasa beberapa titik lemah yang belum bisa teratasi, terutama sektor belakang.