Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jurang di Formula 1 Kian Lebar

By Sabtu, 27 Mei 2017 | 10:00 WIB
Aksi pebalap tim Ferrari, Sebastian Vettel, saat melintasi tikungan Grand Hotel Hairpin, Sirkuit Monaco, dalam sesi latihan GP Monaco 2017. (MARK THOMPSON/GETTY IMAGES)

Tim jago bisa saja kalah di Monaco sebab kekuatan mobil bisa saja dikalahkan oleh keterampilan pebalap. Masalahnya, saat ini para pebalap terbaik juga sedang mendapatkan mobil terbaik. Kelas mereka akan terlihat tambah tinggi ketimbang tim-tim lain.

Penulis: Arief Kurniawan

Tahun lalu, Daniel Ricciardo mampu membawa mobil Red Bull-nya menempati pole position. Hanya karena salah strategi, maka pada lomba keesokan harinya Ricciardo mesti puas jadi runner-up dan melihat Lewis Hamilton menang bersama mobil terbaik, Mercedes.

Sekarang, Red Bull pesimistis hal itu bakal terulang. Menurut Adrian Newey, si perancang mobil Red Bull RB13, masalah terbesar saat ini adalah mereka tidak memiliki fondasi mobil yang bagus.

"Tahun lalu mobil kami menjadi salah satu sasis terbaik sehingga kekuatan Mercedes menjadi berkurang dan bisa kami atasi. Musim ini kami tidak memiliki sasis terbaik," ujar Newey.


Kepala mekanik tim Red Bull Racing, Adrian Newey (kiri), berdiskusi dengan ahli strategi, Simon Rennie, saat sesi latihan GP F1 Spanyol di Sirkuit Catalunya, Spanyol, (12/5/2017).(MARK THOMPSON/GETTY IMAGES)

Wajar kalau Newey berkata seperti itu karena faktanya Red Bull kini sangat kentara tertinggal jauh dari Mercedes dan Ferrari. Seri terakhir di Catalunya, Spanyol, membuktikan betapa sasis Red Bull sama sekali tak bisa melawan dua rival.

Bahkan, bila mereka tak lebih memacu diri, Force India bisa menyodok. Mereka kini menjadi satu-satunya tim yang selalu mendapatkan poin lewat kedua pebalap mereka.

Walhasil, ketika jarak antara Red Bull di peringkat ketiga dengan Ferrari di peringkat kedua klasemen konstruktor adalah 81 poin, jarak antara Red Bull ke Force India di bawahnya hanya 19.

Baca Juga: