Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sepak bola didasarkan kepada semangat kolektif. Kepentingan tim mesti didahulukan di atas perihal individu. Pelatih legendaris Italia, Arrigo Sacchi, pernah mengibaratkan sepak bola sebagai produksi sebuah film.
Penulis: Sem Bagaskara
Deretan aktris papan atas berbayaran mahal akan menjadi mubazir apabila mereka memainkan skenario yang jelek. Namun, dalam kasus tertentu kualitas individu bisa sangat menentukan prestasi tim.
Fiorentina adalah contohnya. Sejak musim lalu mereka sangat mengandalkan Nikola Kalinic untuk memproduksi gol.
Kalinic kini telah mengoleksi 15 gol di Serie A 2016/17. Ia masih berstatus sebagai pemain tersubur I Gigliati musim ini.
Cuma, di Serie A 2016/17 Kalinic punya pelapis yang tak kalah tajam. Ia adalah Khouma Babacar yang sudah mendulang 10 gol.
Jika digabung, gol-gol Kalinic dan Babacar membantu Fiorentina meraih 28 poin. Tanpa sumbangan gol mereka berdua, I Gigliati hanya akan mengoleksi 31 angka.
Baca Juga:
Poin itu serupa dengan milik Crotone yang sedang berjuang lepas dari jerat relegasi. Tak heran jika media lokal Firenze, Il Corriere Fiorentino, mendesak arsitek I Gigliati, Paulo Sousa, agar menurunkan Kalinic dan Babacar secara bersamaan saat melawan Napoli.
"Kenapa tidak memainkan berbarengan Kalinic-Babacar? Bomber dan penyerang yang diinginkan oleh setiap pelatih," tulis Il Corriere Fiorentino.
Babacar kerap menentukan meski sering memulai laga dari bangku cadangan. Ia rata-rata mampu mencetak satu gol saban mentas selama 119 menit.