Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wawancara Robert Rene Alberts: Saya Seorang Teman Sekaligus Bos!

By Rabu, 17 Mei 2017 | 11:53 WIB
Pelatih PSM Makassar, Robert Rene Alberts, saat memimpin latihan timnya di Stadion Andi Mattalatta, Makassar pada Jumat malam 10 Juni 2016. (OVAN SETIAWAN/JUARA.NET)

Laju PSM Makassar di periode awal Liga 1 musim ini membuat banyak orang kagum. Terlebih setelah Juku Eja mengalahkan tim favorit juara, Arema FC, di pekan kelima.

Penulis: Andrew Sihombing

Kendati mengaku puas, dalam wawancara eksklusif dengan BOLA/JUARA.NET pada akhir pekan lalu di Sentul, pelatih Robert Rene Alberts menyebut bahwa tetap ada ruang untuk perbaikan di tim. Berikut wawancaranya:

PSM tampil mengesankan di awal Liga 1. Seberapa puas Anda dengan penampilan tim?

Secara umum, saya puas. Anak-anak memperlihatkan karakter dan semangat tim yang bagus. Saya sangat senang dengan start kami musim ini.

Masih ada ruang untuk perbaikan?

Selalu. Kami harus menguasai bola lebih baik di area lapangan tertentu, mesti lebih stabil dalam hal reaksi di periode tertentu, dan lebih fokus pada hasil. Hal-hal tersebut akan menjadi perbaikan berikutnya.

Reinaldo da Costa sudah mencetak tiga gol hingga pekan kelima. Apakah dia elemen yang hilang dari tim tahun lalu setelah Luis Ricardo cedera?

Dia bukan elemen yang hilang. Reinaldo merupakan striker dengan tipe yang sangat spesifik. Dia sempat memperkuat Borneo sebentar di Piala Presiden.

Ketika itu, dia tidak mencetak banyak gol karena mereka memainkannya dengan cara berbeda. Tim harus menerapkan cara bermain yang spesifik untuk bisa mengeluarkan kemampuan terbaik darinya.

Dia tidak terlalu skillful atau cepat, tapi cukup cerdas untuk tahu di mana bola akan jatuh di kotak penalti. Reinaldo juga tidak begitu gesit, terlebih karena cedera yang pernah dialaminya.

Kami harus benar-benar spesifik dengannya. Kami mesti memainkannya di area tertentu di lapangan. Tapi, tentu saja saya tidak akan memberi tahu Anda soal itu.


Striker Pusamania Borneo FC, Reinaldo Elias Da Costa (kiri).(DOK @PUSAMANIAMORNEO)

Apa arti kemenangan atas Arema? Sekadar tambahan tiga poin atau sinyal bahwa PSM kini betul-betul menjadi penantang di jalur juara?

Saya rasa Anda sudah menjawab pertanyaan itu sendiri. Ketika melatih Arema di musim 2009-2010, saya ingat kami bisa mengalahkan PSM dengan mudah.

Saya diberitahu bahwa sejak itu PSM tidak pernah menang atas Arema. Sudah bertahun-tahun lamanya seperti itu.

Adapun Arema selalu menjadi kandidat juara, terlebih dengan kedalaman skuat serta jumlah pemain asing yang mereka miliki.

Arema selalu diperkuat lebih banyak pemain asing dibanding tim lain karena biasanya mereka punya pemain naturalisasi.

Bagi saya, mengukur kekuatan dengan Arema punya makna penting untuk melihat apakah kami sudah berada di level yang sama dengan mereka atau tidak.

Juga apakah kami sudah bisa memenangi pertandingan krusial seperti ini atau tidak. Bila memang serius ingin menjadi juara, kami harus bisa memenangi pertandingan melawan kandidat juara lain seperti ini.

Arema mengatakan PSM memeragakan permainan keras. Bagaimana komentar Anda?

Saya tidak setuju. Menurut saya, kami bermain dengan level agresivitas tertentu saat melakukan tekel dan duel merebut bola. Tapi, Anda lihat sendiri pemain PSM tidak pernah bermain kotor.

Satu-satunya insiden sejauh ini adalah di pertandingan pertama saat Ferdinand Sinaga memukul seorang pemain lawan, itu tindakan kotor.

Tapi, selain itu kami tidak pernah memeragakan permainan kotor, tekel dari belakang, atau berniat mencederai lawan.

Di sisi lain, saya melihat hal-hal itu dilakukan pada tim saya, seperti ketika wajah pemain kami disikut saat melawan Perseru Serui.

Baca Juga:

Begitu juga saat menghadapi Arema, ada pemain saya yang dihantam dari belakang dan ada yang wajahnya terpukul. Itu yang saya sebut sangat agresif.

Secara keseluruhan, kami layak mendapatkan kemenangan tersebut kendati Arema bermain dengan sepuluh pemain di babak kedua sehingga mereka tidak tampil terlalu baik selama di 45 menit tersebut.

Kami punya peluang yang lebih baik dan Arema beruntung tidak ada pemainnya yang diusir di awal pertandingan.

Bagaimana Anda melihat masa depan pemain muda di PSM seperti Asnawi Mangkualam, Ridwan Tawainela, dan Reva Adi?

Kami juga masih punya pemain muda lainnya seperti M Arfan, Nur Hidayat yang saat ini tergabung di pelatnas Indonesia U-19. Semua pemain ini punya potensi, tapi mereka harus dirawat dengan tepat.

Dalam merawat, tidak boleh dipaksakan. Merawat berarti menurunkan pemain bertalenta itu di saat yang tepat, membiarkan mereka berkembang sebagaimana mestinya.

Mereka ini punya masa depan di sepak bola Indonesia bila ditangani dan dirawat dengan baik.

Banyak kritik soal wasit di Liga 1, termasuk dari Anda. Memangnya seberapa buruk situasi soal wasit ini di mata Anda?

Saya rasa, wasit di Indonesia tidaklah lebih buruk dibandingkan di Malaysia atau negara-negara lain. Keluhan soal keputusan wasit juga terdengar di Liga Inggris, Belanda, juga Prancis.

Tapi, wasit harus konsisten. Yang utama, mereka harus melindungi pemain di lapangan. Saat saya melihat tim kami menerima kartu merah yang saya tidak mengerti alasannya dan melihat tim lain tidak diberi kartu merah atas pelanggaran yang sama persis, saya bingung.

Mengapa wasit membiarkan ada tim yang melewati batas dan tim lain sama sekali tidak dibolehkan demikian? Saya bukannya bersikap negatif terhadap wasit, yang saya permasalahkan adalah wasit tidak konsisten.


 

Adakah perbedaan tekanan pada Anda saat ini dibanding tahun lalu?

Yang berlangsung tahun lalu adalah turnamen, tidak ada masalah bila menang atau kalah. Tahun lalu orang-orang menuntut tim tertentu untuk menjadi juara karena banyak uang yang terlibat di dalamnya.

Saya hanya mengamati, mendengarkan, dan menganalisis PSM. Bila PSM memang serius menjadi kandidat juara, saya memakai turnamen itu untuk melihat apa yang bisa kami lakukan pada tim ini, mana yang masih harus diperkuat untuk bisa sejajar dengan klub lima besar di sepak bola Indonesia.

Yang menyenangkan dari tekanan saat ini adalah menunjukkan bahwa kami sudah melakukan hal yang benar. Kami bisa bersaing dengan lima klub top Indonesia.

Tekanan adalah bagian dari permainan. Seperti dikatakan Eric Cantona, tekanan membuat sepak bola menjadi indah.

Tanpa tekanan, tidak akan ada upaya untuk meraih yang terbaik dan jadi terlalu santai. Tekanan akan mengeluarkan kemampuan terbaik.


Pelatih Robert Rene Alberts memimpin latihan pemain PSM Makassar di lapangan Banteng, Seminyak, Bali, Selasa (24/1/2017) sore. (YAN DAULAKA/JUARA.NET)

Faktor apa yang membuat pemain baru seperti Reinaldo atau Marc Anthony Klok bisa cepat beradaptasi dengan tim?

Salah satu elemen kunci saya dalam membangun tim, di mana pun saya melatih, adalah bahwa sukses tidak akan bisa diraih bila anggota tim tidak senang dengan satu sama lainnya.

Saat ada pemain baru, pekerjaan mendasar saya adalah membuat semua bisa menghargainya.

Semua berbicara dalam bahasa yang sama satu dengan yang lain. PSM dua kali ke Bali untuk pemusatan latihan. Banyak waktu yang dihabiskan untuk menyatukan tim ini.

Banyak pertemuan dan diskusi hingga kemudian tim bisa menyatu. Inilah elemen kunci dalam membangun sukses. Dan Anda bisa lihat sendiri hasilnya.

Tim ini menyatu dan tidak ada friksi atau saling tidak suka. Semua saling berjuang demi yang lain.

Bagaimana menggambarkan pendekatan Anda pada pemain. Apakah Anda menjadi teman atau bos bagi mereka?

Saya teman sekaligus bos. Mereka tahu bahwa mereka bisa dekat dengan saya. Tapi, saat saya harus bertindak, ya saya bertindak. Mereka tahu itu. Mereka paham batasannya.

Selama kami bekerja sama, kami juga teman. Tapi, pengambilan keputusan tetap ada di saya. Saya rasa hal ini diterima dengan baik oleh tim.

Anda juga selalu memakai tas pinggang saat pertandingan. Apa sih isinya? Mengapa sebegitu penting?

Saya memetik hikmah bahwa barang Anda bisa dicuri bila ditinggalkan di ruang ganti (tertawa). Kasus yang dialami timnas Korsel saat pergi ke Argentina sebelum Piala Dunia 2002 bisa menjadi pelajaran bagus juga soal ini.

Mereka meninggalkan barang di ruang ganti, jam yang mahal, uang, dan lainnya. Saat kembali lagi ke ruang ganti setelah pertandingan, semua sudah hilang.

Jadi, saya sudah belajar untuk tidak meninggalkan apa pun. Semua ada pada saya. Jika memang ada keadaan darurat, istri saya bisa menelepon. Saya pun bisa menghubungi keluarga jika ada emergency.

Jika terjadi apa-apa, semua terekam di video. Dan di tas ini juga ada jimat keberuntungan saya. Semua hidup saya ada di tas ini.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P