Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Inter Milan sedang mengalami krisis akut. Periode kelam ini merupakan sebuah siklus horor yang melanda I Nerazzurri (Hitam-Biru) tiga kali dalam 70 tahun.
Krisis yang dimaksud adalah kegagalan menang dalam delapan partai beruntun di Serie A atau kompetisi lapis teratas Liga Italia.
Musim ini, rapor Inter Milan kebakaran pada dua bulan terakhir. Catatannya ialah dua skor imbang dan enam kali kalah (0-2-6).
Secara berurutan, mereka gagal menekuk Torino (2-2), Sampdoria (1-2), Crotone (1-2), AC Milan (2-2), Fiorentina (4-5), Napoli (0-1), Genoa (0-1), dan teranyar Sassuolo (1-2).
Rentetan hasil negatif tersebut merupakan rekor terburuk Inter. Mereka sudah tiga kali mengalaminya sepanjang sejarah di Serie A.
Momen pertama muncul di musim 1947-1948 atau nyaris tujuh dekade silam. Ketika itu, Inter juga melakoni delapan laga beruntun tanpa kemenangan.
Catatan Nerazzurri setara dengan dua hasil seri dan enam kali kalah. Deret oktet rival tersebut adalah Modena (0-2), Atalanta (0-3), Alessandria (0-1), Sampdoria (2-4), Juventus (0-2), Lazio (1-1), Lucchese (1-1), dan Milan (0-2).
"You don't deserve our support, we came to say hello, now we're off to have lunch"
— BBC Sport (@BBCSport) May 14, 2017
A message from Inter Milan fanshttps://t.co/p0NWNxaAxH pic.twitter.com/3Yj8G3RyxL
Krisis pada pekan 22-29 selama musim tersebut melahirkan korban pula di kursi pelatih. Legenda besar Inter, Giuseppe Meazza, kehilangan jabatan pada pekan ke-26.
Sama seperti musim ini, Nerazzurri juga menunjuk tiga pelatih kala itu. Setelah Meazza, Inter ditukangi Carlo Carcano (pekan 27-34), dan menutup musim bersama John Astley (35-42).
Inter pun mengakhiri kompetisi di peringkat ke-12 dari 21 peserta. Terdapat garis merah tebal yang menghubungkan krisis Inter pada musim 1947-1948 dan 2016-2017 ini.