Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Wakil Jerman Tak Tersisa di UCL dan LE, Pertanda Penurunan Bundesliga?

By Kamis, 4 Mei 2017 | 15:02 WIB
Seluruh skuat Bayern Muenchen saat merayakan kemenangan dalam laga Bundesliga melawan VfL Wolfsburg di Volkswagen Arena, 29 April 2017. (CHRISTOF KOEPSEL/GETTY IMAGES)

Empat klub Jerman bertarung di fase grup Liga Champions 2016-2017. Namun, tak satu pun wakil Bundesliga yang mencapai semifinal. Fenomena ini jelas tidak sinkron dengan reputasi sepak bola Jerman.

Penulis: Wieta Rachmatia

Bayern Muenchen lebih dulu dipastikan tersingkir dari babak perempat final Liga Champions setelah kalah dari Real Madrid dengan agregrat 3-6. Berselang sehari, Borussia Dortmund mengalami nasib yang sama.

Seperti halnya Muenchen, Die Borussen juga gagal melangkah ke fase empat besar Liga Champions setelah kalah agregrat 3-6 dari AS Monaco.

Sementara itu, Schalke, yang diharapkan bisa menyelamatkan reputasi sepak bola Jerman, ternyata gagal memenuhi ekspektasi. Langkah pasukan The Royal Blues terhenti di perempat final Liga Europa akibat kalah dari Ajax Amsterdam.

Alhasil, tak ada satu pun klub Jerman yang mampu bertahan hingga semifinal kompetisi Eropa. Fenomena semacam ini tak pernah terjadi dalam 11 tahun terakhir.

Baca Juga: Kebobolan Lagi, Musim 2016-2017 Jadi yang Terburuk bagi Guardiola 

Apa masalahnya? Saat ini, Jerman dikenal sebagai salah satu penghasil talenta muda berbakat. Sistem pembinaan serta regenerasi pesepak bola di negara ini merupakan salah satu yang terbaik di dunia.

Tim nasional Jerman seakan tak pernah kehabisan stok pemain berkualitas. Namun faktanya prestasi klub elite Jerman di kompetisi antarklub Eropa bertolak belakang dari reputasi sepak bola mereka.

Ada beberapa alasan di balik fenomena ini, salah satunya adalah regenerasi. Seperti yang telah disebutkan, sistem regenerasi pesepak bola di Jerman berjalan dengan baik.

Namun regenerasi tersebut hanya berlaku di tim nasional. Klub-klub papan atas, seperti Muenchen masih saja mengandalkan bintang lawas macam Philipp Lahm, Franck Ribery, Xabi Alonso, maupun Arjen Robben.

Sistem ini memang cukup berhasil diterapkan di kompetisi domestik. Maklum, nyaris tak ada klub sekaya Muenchen yang mampu mendatangkan sederet pemain berlabel bintang.

Dominasi Muenchen sulit digoyahkan di Bundesliga sehingga mereka terlena.

Harus diingat, keputusan untuk mengandalkan bintang yang sudah berumur adalah salah satu alasan FC Hollywood takluk di Eropa. Jelas pemain veteran macam Lahm atau Alonso bukan tandingan bagi Cristiano Ronaldo.

Faktor usia membuat mereka mengalami kesulitan meredam pergerakan serta kecepatan Ronaldo dkk.

Kasus berbeda terjadi pada Dortmund. Mereka adalah salah satu pesaing terkuat Muenchen di kompetisi domestik.


Para pemain Borussia Dortmund merayakan kemenangan mereka atas Borussia Moenchengladbach dalam lanjutan Liga Jerman di Stadion Borussia Park, Gladbach, 22 April 2017.(PATRIK STOLLARZ / AFP)

Akan tetapi jika berbicara ajang Eropa, tim arahan pelatih Thomas Tuchel ini masih punya masalah kedalaman skuat.

Kenyataannya, kompetisi sepak bola Jerman memiliki sistem guna memastikan peserta liga utama punya keuangan yang sehat. Setiap tahun, masing-masing klub menjalani evaluasi keuangan guna mendapatkan lisensi tampil di Bundesliga.

Di sisi lain, peraturan ini membuat klub-klub Jerman kesulitan mendatangkan amunisi berkualitas. Guna menjaga keseimbangan kas klub, Dortmund dan Schalke harus puas dengan satu atau dua megabintang saja.

Secara tidak langsung, wakil Jerman pun sulit menjaga konsistensi permainan di liga domestik maupun Eropa. Apalagi klub Jerman tak punya pencari bakat sejeli di Spanyol.

"Klub Spanyol mendominasi sepak bola Eropa karena punya pelatih dan pencari bakat, tempat latihan dan pemain di level tertinggi," ucap Klopp, yang pernah sukses menangani Dortmund seperti dilansir Bild.

"Memang tidak semua klub Spanyol punya dana besar untuk merekrut pemain hebat, tetapi mereka punya pencari bakat yang lihai dalam menemukan talenta baru," imbuhnya.

Musim ini, empat klub Jerman yang sudah punya reputasi cukup mentereng di Eropa satu per satu tersingkir. Borussia Moenchengladbach, Bayer Leverkusen, Dortmund, dan Muenchen harus takluk sebelum mencapai semifinal.

Lantas bagaimana dengan kom- petisi 2017/18? Selain Muenchen dan Dortmund, Bundesliga kemungkinan besar akan diwakili RB Leipzig serta Hoffenheim di Liga Champion.

Dua nama terakhir bisa dianggap sebagai "anak bawang" di level Eropa. Bahkan Leipzig baru resmi berdiri pada Mei 2009.

Baca Juga: 5 Hal Menarik dari Kemenangan 2-0 Tottenham atas Arsenal

Usia mereka baru tujuh tahun dan baru pertama kali berkompetisi di Bundesliga. Harus diakui, sulit untuk membayangkan Leipzig akan bersaing melawan Barcelona atau Madrid.

"Prestasi klub Jerman di kompetisi antarklub Eropa pada musim mendatang sepertinya tidak akan bertambah baik," ungkap mantan pemain tim nasional Jerman, Christoph Metzelder.

"Klub-klub pendatang baru ini harus cepat beradaptasi dengan tekanan fisik serta mental yang berlipat ganda," imbuhnya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P