Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Gianluigi Buffon sudah pernah mengangkat trofi Piala Dunia bersama timnas Italia pada 2006. Di level klub, ia merasakan sejumlah gelar domestik terutama bersama Juventus, ditambah Piala UEFA 1999 bareng Parma. Liga Champions masih belum hadir di daftar prestasinya.
Penulis: Christian Gunawan
Final Liga Champion 2003. Gianluigi Buffon, yang saat itu berusia 25 tahun, berlutut lesu setelah gagal menghalau eksekusi striker Milan, Andriy Shevchenko, pada adu penalti.
Padahal, ia bisa menghadang dua penalti, masing-masing yang diambil Clarence Seedorf dan Kakha Kaladze.
Tiga eksekutor Juventus di final yang digelar di Old Trafford, Manchester, itu juga gagal menaklukkan kiper I Rossoneri, Dida.
Dua belas tahun kemudian, dengan pengisi Juventus yang sama sekali berbeda dibandingkan 2003 (Antonio Conte, salah satu rekan bermain saat itu, bahkan sudah menjadi pelatihnya pada rentang 2011-2014), Gigi Buffon mesti tiga kali memungut bola dari gawangnya saat La Vecchia Signora menghadapi Barcelona di Olympiastadion, Berlin.
Gol Alvaro Morata, yang sempat menyamakan gol Ivan Rakitic, menjadi tak banyak berarti. Ya, dua kali Buffon mencapai final, dua kali pula ia berada di bawah mistar Juventus yang takluk di laga puncak itu.
Kiper timnas Italia sejak 1997 sampai saat ini pun menjadi salah satu bintang yang tak pernah merasakan gelar Liga Champion. Buffon juga adalah salah satu pemain hebat yang sering cuma hampir mengangkat Si Kuping Lebar.
Selepas final di Berlin, Buffon menolak menyerah.
Baca Juga: 5 Hal Menarik dari Kemenangan 2-0 Tottenham atas Arsenal
“Penampilan ini memberi kami harapan dan kepercayaan diri. Kami dapat memastikan diri bisa bertahan di level ini musim depan dan selama dua atau tiga tahun lagi. Siapa tahu? Mungkin saya akan mencoba membuat beberapa impian jadi kenyataan,” ucap kiper asal Carrara, Toscana, itu usai final tersebut.
Sepakat dengan pernyataan sang kapten, Juventus menjaga level tinggi. Padahal, perubahan besar terjadi. Beberapa bintang memilih hengkang pascafinal 2015.
Andrea Pirlo, Patrice Evra, Paul Pogba, Arturo Vidal, Carlos Tevez, Morata, dan beberapa nama lain pindah ke klub masing-masing.
Sebagai ganti, datang sejumlah nama yang menghasilkan persaingan internal lebih merata. Medhi Benatia, Alex Sandro, Sami Khedira, Dani Alves, Mario Mandzukic, Paulo Dybala, dan Gonzalo Higuain menjadi wajah segar Si Nyonya Besar.
Peluang Buffon untuk menghapus kutukan di Liga Champion itu pun disebut membesar musim ini.
Juventus disebut menunjukkan peningkatan ketangguhan, setidaknya dibandingkan dengan saat kalah dua tahun lalu.
Massimiliano Allegri, setelah mewarisi pasukan dari Antonio Conte pada musim panas 2014, membuat banyak perubahan di sebelas awal Juventus dibandingkan dengan di Olympiastadion Berlin.
Tinggal Buffon dan Leonardo Bonucci yang masih berada di tim pertama Allegri.
Dari pengisi Juve warisan Conte, selain Buffon dan Bonucci, tinggal Giorgio Chiellini yang masih menjadi pilihan utama Allegri. Andrea Barzagli dan Claudio Marchisio mulai tersisihkan.
Mendekatnya Si Nyonya Besar kepada tiga gelar semusim menjadi tanda tegas pengaruh positif perubahan itu.
Namun, saat scudetto Serie A tampak tinggal menunggu waktu dan perjalanan di Coppa Italia sudah sampai final, Liga Champion yang paling jauh dari jangkauan Juventus saat ini.
Hanya, keseriusan Buffon dkk. di kompetisi antarklub Eropa mewah ini boleh jadi yang paling tinggi di antara ketiga kompetisi. Bianconeri tak pernah kalah di LC musim ini dan hanya dua kali kebobolan dari 10 pertandingan. Juve juga menunjukkan peningkatan konsentrasi.
Dua gol yang masuk ke gawang Buffon itu pun hanya muncul di fase grup.
Di perempat final, mereka membalas kekalahan dari Barca di final 2015 secara meyakinkan. Setelah menang 3-0 di J-Stadium, Juventus menahan imbang Barca tanpa gol di Camp Nou.
Keyakinan menambah koleksi trofi Liga Champions menjadi tiga buah di tubuh Si Putih-Hitam tengah tebal. Menuju final kesembilan mereka, Monaco mesti disingkirkan di semifinal.
Kans Juve besar mengingat pengalaman yang lebih tinggi, termasuk yang digenggam Gigi Buffon.
Sang kiper telah berusia 39 tahun. Jika gagal lagi musim ini, kesempatannya semakin terbatas. Juventus mesti membuat impian Buffon jadi kenyataan.