Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada satu kemiripan antara Juventus 2016/17 dengan Barcelona 2014/15: merekrut striker haus gol dengan harga selangit di musim panas. Bedanya, ketajaman Gonzalo Higuain sejauh ini cuma berguna di level domestik, sementara Luis Suarez di seluruh kompetisi.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Alhasil, pendekatan permainan Juve dan Barca pun berbeda. Apabila I Bianconeri sangat diakui kehebatannya dalam bertahan musim ini, Barca 2014/15 memiliki serangan yang menakutkan.
Suarez bak kepingan puzzle yang hilang dari Barca di musim sebelumnya, di mana mereka hanya menjadi runner-up La Liga dan perempat finalis Liga Champions 2013/14.
Setelah bomber asal Uruguay itu didatangkan dari Liverpool pada musim panas 2014, serangan Barcelona semakin buas.
Pelatih baru, Luis Enrique, menggunakan pola 4-3-3, memasang Lionel Messi, Suarez, dan Neymar di lini depan. Silih berganti, Trio MSN membombardir pertahanan lawan dengan gol-gol mereka.
Secara keseluruhan, mereka mencetak total 122 gol di musim tersebut! Messi (58 gol), Suarez (25), dan Neymar (39) pun menjadi trio tertajam dalam sejarah sepak bola Spanyol.
Walaupun mempunyai Trio MSN, perjalanan Barca merengkuh tiga trofi terbilang berliku-liku. Di La Liga, mereka mendapatkan perlawanan ketat dari Real Madrid.
Kedua tim bahkan hanya terpaut dua angka di klasemen akhir, di mana La Blaugrana mengemas 94 poin.
Baca Juga:
Sementara Copa del Rey dapat dimenangi tanpa tantangan berarti, Barca harus susah payah di LC.
Mereka berada di grup neraka, Grup F, bersama raksasa Prancis, Paris Saint-Germain, dan Belanda, Ajax Amsterdam.
Lalu, dari 16 besar hingga semifinal, Barca menjumpai Manchester City, PSG lagi, dan Bayern Muenchen.
Pada akhirnya, Barcelona menjadi tim pertama dalam sejarah yang dua kali meraih trigelar bergengsi lewat kemenangan 3-1 atas Juventus di laga pamungkas LC (6/6/2015).