Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sepertinya muncul opini yang terbelah di antara Madridista soal kelayakan siapa yang pantas menjadi starter di pertandingan Real Madrid.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Memiliki skuat pelapis berkualitas jelas hal yang sangat baik buat tim. Tapi, seperti punya dua starting XI yang baku dalam skuat rasanya bukan hal positif untuk jangka panjang.
Persaingan bukan lagi per posisi dan individu, melainkan bisa per grup alias per starting XI.
Hal yang bisa membuat bingung sang pelatih Zinedine Zidane ialah realitas kalau ‘Tim B’ Madrid yang kerap diisi para pelapis belakangan lebih sering menang mudah saat bermain ketimbang ‘Tim A’ Los Blancos.
Trilaga duel liga sepanjang pekan lalu barangkali bisa menjadi salah satu pertimbangan.
Tim A Madrid dengan para personel elite semodel Trio BBC, Toni Kroos, atau Luka Modric mentas di el clasico (23/4/2017) dan berjumpa Valencia pada akhir pekan lalu.
Madrid kalah 2-3 di el clasico Bernabeu, tapi menang tipis 2-1 via gol menit akhir kontra Valencia. Tim B merumput dalam duel versus Deportivo di antaranya. Hasil melawan Super-Depor jauh lebih bagus, menang telak 6-2 di Riazor.
Lebih jauh mundur sejak awal April situasinya tak jauh berbeda. Tim B Madrid menang 3-2 vs Sporting Gijon dan 4-2 kontra Leganes.
Baca Juga:
Saat Zizou memprioritaskan sebuah laga, baik itu di La Liga dan apalagi di Liga Champions, ia memainkan starter favoritnya, Tim A.
Hasilnya oke di LC terbukti keberhasilan Madrid sampai ke semifinal dengan menyingkirkan Napoli dan Bayern Muenchen di fase gugur.
Tapi, ketika duel lebih penting itu mentas di La Liga, hasilnya minor. Selain kekalahan di el clasico, juga ada el derbi Madrileno melawan rival sekota Atletico Madrid yang berujung skor sama kuat 1-1.
"Saya hanya memikirkan grup. Tidak ada istilah Tim A atau Tim B karena kami semua satu grup. Tiap pemain bermain bagus saat ada kesempatan dan itu sebuah hal yang bagus," ucap Zizou.
Malas
Situasi ini tak berlangsung sejak awal musim, tapi baru belakangan ketika kompetisi masuk fase akhir dan mendekati penutupan liga. Sial bagi kubu Madrid, barangkali mentalitasnya pun telah berubah.
Bukan cuma mentalitas, tetapi cara pandang terhadap laga dan cara melakoni pertandingan juga ikut berubah.
Tim A tak lagi bergairah ketika berduel di liga saat pertandingan dianggap bukan partai sengit. Marca menyebutnya malas! Fokus mereka sudah di partai berikutnya, yang biasanya dianggap lebih krusial.
Dalam hal ini, fokus personel Tim A yang merumput melawan Valencia sudah lebih dulu hinggap ke leg I semifinal LC versus Atletico sehingga wajar mereka kesulitan menang kontra Los Che.
Gol menit akhir dari Marcelo pun datang dari assist Alvaro Morata, yang baru masuk di paruh kedua laga menggantikan Karim Benzema. Morata juga salah satu simbol penyegaran di Tim B Madrid ini.
Wajar ketika skuat Tim B yang kerap muncul menjadi pahlawan, baik itu saat menjadi starter laga Madrid maupun ketika berperan sebagai pengganti, berharap bisa punya jam terbang lebih banyak, terutama di partai-partai yang dianggap lebih vital.
Mereka mencoba menggugat keyakinan dan kepercayaan Zizou atas starting XI favoritnya, Tim A, dengan penampilan brilian kapan pun dimainkan.
Lantas, sebuah pemikiran pun muncul. Apabila Tim A dan Tim B Madrid ini dibentrokan dengan reward menjadi starter di partai berikutnya, siapa yang berpotensi menang?
Mungkin duel semacam ini hanya bisa terjadi di lapangan latihan Valdebebas.
"Urusan rotasi itu murni pilihan pelatih. Kami yang bermain hanya berusaha tampil baik setiap kali dipercaya. Itu hal positif dan tak pernah menjadi masalah buat para pemain, Yang paling penting adalah tim menang." tutur gelandang Luka Modric.