Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam musim-musim tersebut, kiprah Giallorossi selalu bercampur antara meyakinkan dan menurun, hingga kehilangan kans menjadi juara di akhir kompetisi.
Jika patokannya adalah performa sampai pekan ke-34, Roma sangat dekat dengan scudetto di musim 2009-2010. Ketika itu, I Lupi sebenarnya tak membuat banyak kesalahan pada etape pamungkas.
Antara pekan 29-34 pasukan Roma asuhan Claudio Ranieri bahkan merangkai enam tripoin beruntun. Mereka meraup 71 poin, sedangkan Inter 70. Uniknya, di pekan itu justru kemenangan atas Lazio yang mempertahankan Roma di puncak
klasemen (2-1).
Hanya, kesalahan dalam satu laga saja mengubah segalanya. Tim Kuning-Merah disalip Inter pekan berikutnya lantaran kalah 1-2 kala menjamu Sampdoria, sedangkan Nerazzurri menekuk Atalanta 3-1.
Baca Juga:
Hasil itu membuat Inter naik ke puncak dengan 73 poin, Roma 71. Susunan tersebut tak berubah sampai tutup musim.
Walau Roma menyapu tiga pekan sisa dengan kemenangan, Inter tetap finis sebagai kampiun karena melakukan hal yang sama, meraup sembilan poin di trilaga terakhir.
Melihat perkembangan kondisi sekarang, I Lupi seperti dihadapkan lagi pada situasi yang sama seperti beberapa tahun teranyar.
Mereka sekadar melaju sebagai kandidat, mewakili Serie A di Liga Champions lalu rontok, dan ujung-ujungnya tetap menyaksikan tim lain berpesta, termasuk di Coppa Italia, pentas yang terakhir dimenangi pada 2007-2008.
Musim belum beres, tetapi Spalletti harus siap-siap kembali menerima fakta timnya sekadar mampu membuntuti Juve. Kalau tetap gagal lagi, posisi Spalletti di balik kemudi sangat mungkin digoyang.
“Spalletti fokus menyelesaikan musim ini. Dia melakukan hal yang hebat dengan membawa kami mendekati tim fantastis seperti Juventus,” kata Direktur Olahraga Roma, Frederic Massara, tak menjamin klub akan mempertahankan sang pelatih.
"Masa depan Spalletti? Lihat saja di akhir musim," tuturnya.