Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

AS Roma, Musim Baru Status Lama?

By Beri Bagja - Selasa, 2 Mei 2017 | 08:12 WIB
Ekspresi pelatih AS Roma, Luciano Spalletti, dalam pertandingan Liga Italia 2016-2017 menghadapi Lazio di Stadio Olimpico, Roma, Italia, pada Minggu (30/4/2017). (PAOLO BRUNO/GETTY IMAGES)

Kekalahan AS Roma dalam derby della capitale (30/4/2017) seolah membuktikan kapasitas mereka sebenarnya.

Penulis: Beri Bagja

Jangan-jangan I Lupi memang belum juga dirancang sebagai tim kandidat juara. Pelatih Roma, Luciano Spalletti, mengungkapkan takluknya I Lupi 1-3 dari Lazio menyebabkan pukulan psikologis.

Edin Dzeko cs membuang kesempatan mendekati Juventus di puncak klasemen. Andai memenangi derbi, Roma tinggal terpaut enam poin dari Juve setelah Bianconeri tertahan 2-2 di markas Atalanta (28/4/2017).

Yang terjadi adalah selisih di antara mereka melebar menjadi sembilan poin. Sangat mencolok saat liga tinggal menyisakan empat pekan.

“Setelah mendapatkan hasil seperti ini, Anda harus menerima segala kritik. Kami kehilangan ketajaman, membuat keputusan buruk, tak beruntung dalam sejumlah insiden,” kata Spalletti pada Mediaset Premium.

Sayang bagi kubu Roma, sederet kelemahan yang dipaparkan pelatih seperti tradisi yang selalu muncul ketika musim beranjak ke periode krusial di beberapa edisi terakhir. Perjalanan I Giallorossi ibarat minuman yang sama dalam botol berbeda.

Roma menjalani musim baru, tetapi status mereka masih lama. Roma sebatas penghambat langkah tim juara menuju singgasana, bukan pesaing sebenarnya.

Status itu muncul melihat pencapaian Sang Serigala di akhir musim. Setidaknya dalam 10 musim terakhir atau dipersempit pasca-era calciopoli, Roma hanya empat kali gagal finis di tiga besar.

Mereka menduduki posisi runner-up pada 2007-2008, 2009-2010, 2013-2014, dan 2014-2015, serta peringkat ketiga di
2015-2016.

Dalam musim-musim tersebut, kiprah Giallorossi selalu bercampur antara meyakinkan dan menurun, hingga kehilangan kans menjadi juara di akhir kompetisi.

Jika patokannya adalah performa sampai pekan ke-34, Roma sangat dekat dengan scudetto di musim 2009-2010. Ketika itu, I Lupi sebenarnya tak membuat banyak kesalahan pada etape pamungkas.

Antara pekan 29-34 pasukan Roma asuhan Claudio Ranieri bahkan merangkai enam tripoin beruntun. Mereka meraup 71 poin, sedangkan Inter 70. Uniknya, di pekan itu justru kemenangan atas Lazio yang mempertahankan Roma di puncak
klasemen (2-1).

Hanya, kesalahan dalam satu laga saja mengubah segalanya. Tim Kuning-Merah disalip Inter pekan berikutnya lantaran kalah 1-2 kala menjamu Sampdoria, sedangkan Nerazzurri menekuk Atalanta 3-1.

Baca Juga:

Hasil itu membuat Inter naik ke puncak dengan 73 poin, Roma 71. Susunan tersebut tak berubah sampai tutup musim.

Walau Roma menyapu tiga pekan sisa dengan kemenangan, Inter tetap finis sebagai kampiun karena melakukan hal yang sama, meraup sembilan poin di trilaga terakhir.

Melihat perkembangan kondisi sekarang, I Lupi seperti dihadapkan lagi pada situasi yang sama seperti beberapa tahun teranyar.

Mereka sekadar melaju sebagai kandidat, mewakili Serie A di Liga Champions lalu rontok, dan ujung-ujungnya tetap menyaksikan tim lain berpesta, termasuk di Coppa Italia, pentas yang terakhir dimenangi pada 2007-2008.

Musim belum beres, tetapi Spalletti harus siap-siap kembali menerima fakta timnya sekadar mampu membuntuti Juve. Kalau tetap gagal lagi, posisi Spalletti di balik kemudi sangat mungkin digoyang.

“Spalletti fokus menyelesaikan musim ini. Dia melakukan hal yang hebat dengan membawa kami mendekati tim fantastis seperti Juventus,” kata Direktur Olahraga Roma, Frederic Massara, tak menjamin klub akan mempertahankan sang pelatih.

"Masa depan Spalletti? Lihat saja di akhir musim," tuturnya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P