Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Taktik 3 Bek Arsenal, Berawal dari Eksperimen Gagal

By Anju Christian Silaban - Minggu, 30 April 2017 | 10:53 WIB
Pelatih Arsenal, Arsene Wenger, melambaikan tangan dalam partai Premier League di kandang West Bromwich Albion, The Hawthorns, 18 Maret 2017. (MATTHEW LEWIS/GETTY IMAGES)

 Tumbangnya Arsenal dari Borussia Moenchengladbach pada partai Piala UEFA, 24 September 1996, menjadi salah satu momen kegagalan taktik Arsene Wenger.

Arsenal yang menerapkan 3-5-2, sempat menutup paruh pertama dengan skor 1-1. Akibat Wenger nekat menjajal 4-4-2, tim beralias The Gunners malah kalah 2-3.

Dikatakan nekat karena para pemain Arsenal belum pernah mengasah formasi empat bek dalam sesi latihan. Bahkan, keputusan Wenger sempat menuai protes dari Tony Adams. Sang kapten mengutarakan ketidaknyamanan para pemain dengan empat bek sejajar.

Mendengarkan kritik pemain belakang berjulukan Mr. Arsenal itu, Wenger pun patuh. Dia mempertahankan formasi tiga bek hingga musim 1996-1997 berakhir.

Wenger baru mengusung formasi 4-4-2 pada musim berikutnya dan meraih gelar juara Premier League - kasta teratas Liga Inggris - untuk kali pertama.

Baca: Wawancara Eksklusif, Lilipaly di Antara Mimpi Promosi dan Rindu Timnas

Dok. Skysports
Mantan kapten Arsenal, Tony Adams.

Sejak itu pula, Wenger tidak pernah lagi menerapkan formasi tiga bek. Bahkan, dia pernah mencibir taktik yang identik dengan sepak bola Italia itu.

"Sedikit ironi, ketika hampir seluruh tim Eropa menggunakan empat bek sejajar, satu demi satu klub Inggris mengadopsi pola lama dengan sweeper dan wing-back," ujar Wenger menanggapi formasi tiga bek yang marak di Premier League pada musim 2016-2017.

Bukanlah ironi sebenarnya apabila hasil atau bahkan gelar juara menjadi orientasi utama. Tengok saja Chelsea, yang meraih rentetan kemenangan setelah Antonio Conte mulai menerapkan formasi 3-4-3.