Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Fulgensius Billy Keraf betul-betul mencuri perhatian selepas debutnya bersama tim senior di kasta teratas kompetisi nasional bersama Persib saat bertandang ke markas PS TNI, Sabtu (22/4/2017).
Penulis: Andrew Sihombing
Tak hanya menjadikan sayap kanan Maung Bandung lebih menggigit sejak dimasukkan pada menit ke-36, Billy juga berperan langsung atas gol kedua tim tamu.
Mendapat bola di depan kotak penalti PS TNI, Billy dengan tenang menguasai bola dan bisa melihat pergerakan Atep dari belakang.
Billy lantas melepas bola chip ke belakang garis pertahanan lawan dengan kaki kanannya dan disambut tendangan voli oleh Atep. Bukan hanya Billy yang menorehkan debut ciamik di level senior pada akhir pekan lalu.
Dari Lamongan, ada pula nama Fahmi Al Ayyubi yang menjadi buah bibir.
Pemain berusia 21 tahun yang juga merupakan top scorer Divisi III musim 2013/14 bersama Perseba Bangkalan (17 gol) ini mencetak gol pembuka Laskar Joko Tingkir lewat tendangan kaki kiri setelah memanfaatkan umpan Bobby Wirawan.
Si Rambut Jagung, begitu Fahmi dijuluki karena warna rambutnya, bahkan tampil 90 menit mengawal lini tengah tuan rumah.
Awalnya berposisi di belakang striker Ivan Carlos dan lantas berpindah ke sektor sayap di babak kedua, Fahmi berhasil merusak lini belakang tim sebesar Madura United.
Musuh Utama
Biasanya, penampilan sehebat ini pasti akan mendulang pujian dari pelatih. Inilah yang membuat ucapan Herry Kiswanto, arsitek Persela, selepas pertandingan patut direnungkan.
"Saya rasa Fahmi jangan sampai terlena. Masih harus banyak belajar," ucap sang pelatih seperti dilansir dari situs klub. Ucapan lanjutan yang keluar dari mulut Herkis, sapaan sang pelatih, malah lebih menarik lagi.
"Kalau sudah terpampang di koran, malah khawatir saya. Yang penting fokus saja saat pertandingan," tuturnya.
Baca Juga:
Sebagai pemain yang sudah berkarier dengan tim sebesar Persib dan Pardedetex saat masih berusia belia, Herkis ingin mengingatkan bahwa popularitas bisa berdampak negatif bagi pemain muda.
Terlebih di era sosial media seperti sekarang saat pemain yang baru melakoni satu laga di tim senior seperti Billy sudah memiliki lebih dari 37,5 ribu followers di jejaring sosial Instagram.
Ketidakmampuan mengimbangi ketenaran dengan kematangan karakter menghadapi ekspektasi publik dan media, yang tentu berimbas pada pecahnya konsentrasi pada performa di lapangan, merupakan musuh utama bagi pemain muda selain cedera yang menghabisi karier mereka.
Bukan hanya sekali dua kali penikmat sepak bola menyematkan status wonderkid pada pemain muda hanya untuk kemudian melihatnya tenggelam sebelum betul-betul mekar. Pelatih dan klub harus ekstra jeli melindungi pemain muda, termasuk mengatur menit bermainnya.
Tapi, itu pun bila Persib dan Persela tak ingin Billy serta Fahmi sekadar menapaktilasi jejak pemain seperti Rudi Setiawan atau Abrizal Umanailo, sekadar menyebut contoh pemain yang gagal memenuhi statusnya sebagai bocah ajaib di sepak bola.