Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua poin PS TNI dalam dua pekan terakhir diperoleh dengan heroik. Pada laga perdana (17/4), PS TNI sanggup dua kali menyamakan kedudukan setelah tertinggal hingga memaksa Borneo FC pulang dengan satu poin.
Penulis: Ferry Tri Adi
Bagian paling heroik anak asuh Laurent Hatton terjadi ketika menjamu tim besar sekelas Persib Bandung di Stadion Pakansari, Sabtu (22/4).
Sempat tertinggal 0-2 dari Maung Bandung, Manahati Lestusen dkk. secara mengejutkan mampu menyamakan skor dalam tiga menit sebelum waktu normal usai.
Jika menilik materi pemain PS TNI, tentu Persib bukan lawan sepadan. Sang pelatih pun tak ambil pusing sejak sebelum laga meski tetap menekankan anak asuhnya untuk tidak takut.
“Sebuah pengalaman besar buat kami melawan tim sekelas Persib dengan pemain dunia semisal Michael Essien. Persib datang dengan keinginan menang lantaran kehilangan dua poin di kandang mereka pada partai pertama," kata Hatton.
"Kami bersikap nothing to lose. Semua orang tahu, jika Persib menang mereka bilang hal itu logis. Ketika kami mendapatkan satu poin, semua orang bilang hal itu luar biasa. Sementara kalau kami menang, semua orang berkata hal itu sebuah keajaiban,” ujarnya lagi.
Menyikapi perkataan Hatton, yang menyebut hasil laga kontra Persib itu luar biasa, awak PS TNI tak lantas jemawa. Abduh Lestaluhu cs. justru masih “sibuk” agar pencinta sepak bola Tanah Air melirik PS TNI sebagai tim kesayangannya.
Hal itu tentu didasari dukungan di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor. Tak hanya Hatton yang terkejut melihat minimnya suporter PS TNI yang rata-rata ialah anggota TNI.
Pemain anyar asal Korea Selatan, Hong Soon-hak, juga demikian.
“Saya pernah bermain di Persija yang didukung banyak suporter fanatik, bahkan ketika latihan. Di PS TNI tentu berbeda. Sebenarnya yang terpenting ketika bermain di Indonesia ialah mental. Ketika bermain di kandang, tapi tetap lebih banyak suporter lawan, mental menjadi aspek yang memengaruhi pemain,” ucap Soon-hak.
Senjata Baru
Gustur Cahyo tengah mendapatkan sorotan lantaran dirinya selalu tampil sebagai pahlawan dalam dua laga awal PS TNI. Striker berusia 20 tahun itu berkontribusi dua gol dalam dua partai tersebut.
Pada laga melawan Borneo FC, Gustur mencetak gol pertama buat PS TNI yang menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Sementara itu, pemain kelahiran 11 Januari 1997 tersebut menjadi pahlawan setelah membuat gol penyama kedudukan 2-2 pada menit ke-90 saat melawan Persib.
Nama Gustur praktis belum familiar di telinga publik sepak bola Tanah Air. Eks pemain PPSM Magelang itu nyaris masuk skuat PON Jawa Tengah (Jateng) yang berlaga di PON Jawa Barat (Jabar) pada 2016 lalu.
Baca Juga:
Ia sudah masuk ke 26 nama skuat Pra- PON Jateng dalam kualifikasi PON Jabar 2016.
Posisinya pun bukan diplot sebagai striker seperti kala bermain di PS TNI. Gustur ketika itu bermain sebagai bek sayap. Ia menjadi pelapis untuk sang kapten tim PON Jateng, Soni Setiawan; Riswan Danny; dan Ricky Fajrin.
Namun, sayang dirinya malah tak ikut dipanggil memperkuat tim PON Jateng. Gustur tak masuk ke 20 nama yang dibawa ke Bandung. Tak berhasil membela provinsinya, pemain asal Magelang itu justru tengah melejit bersama PS TNI.
Usai Piala Presiden 2017, ia menyusul koleganya di Pra-PON Jateng, Andi Setyo Nugroho, bergabung dengan PS TNI.