Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Siapa yang unggul dalam pertarungan di lini tengah, dialah yang akan memenangi sebuah pertandingan. Ujar-ujar klasik itu tentu saja juga berlaku di el clasico.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Pemain lini depan kelas dewa seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi sekalipun tidak akan bisa berbuat banyak kalau sektor tengah tidak memberikan servis atau membentengi pertahanan agar gol-gol mereka tidak sia-sia.
Jadi, duel lini tengah dipastikan bakal menentukan siapa pemenang el clasico nanti. Siapa pemilik sektor tengah yang lebih baik?
Dillihat dari pengalaman, Barcelona jelas unggul. Mereka punya Sergio Busquets dan Andres Iniesta, yang sudah sangat sering mentas di el clasico. Keduanya merasakan kemenangan-kemenangan terbaik Blaugrana dalam duel el clasico selama 10-15 tahun terakhir.
Di lain pihak, gelandang paling senior Real Madrid adalah Luka Modric. Dia baru mengoleksi 10 penampilan di el clasico, yang berarti kurang dari sepertiga koleksi penampilan milik Iniesta.
Madrid kalah pengalaman, tapi mereka mengompensasinya dengan unggul dalam hal fisik. Gelandang-gelandang Madrid lebih muda dan lebih segar daripada Barcelona.
Madrid juga punya gacoan di sektor ini. Satu-satunya gelandang yang sudah lebih dari satu musim memperkuat tim dan belum pernah tersentuh kekalahan di el clasico. Dia adalah Casemiro.
Gelandang asal Brasil itu mulai rutin menjadi pilihan pertama sejak Zinedine Zidane melatih Madrid. Ketika El Real kalah telak 0-4 di el clasico pada musim lalu, tim masih dilatih Rafael Benitez dan Casemiro duduk manis di bangku cadangan Santiago Bernabeu.
Dalam dua el clasico berikutnya, dengan Casemiro turun bermain, Madrid menang 2-1 dan menahan Barcelona 1-1. Kedua pertandingan digelar di Camp Nou!
Baca Juga:
Memudahkan Zidane
Barangkali ada argumentasi bahwa tidak adil membandingkan Casemiro, yang baru dua kali mentas di el clasico, dengan mereka yang lebih berpengalaman. Tapi, peran penting yang diberikan Casemiro di tim Madrid besutan Zidane tidak terbantahkan.
Dulu semasa masih bermain, Zidane mengakui peran vital Claude Makelele sebagai gelandang bertahan tim. Dia kecewa berat waktu klub menjual Makelele dan malah mendatangkan pemain ofensif walaupun sudah memiliki begitu banyak pemain menyerang.
"Mengapa menambah lapisan emas pada Bentley ketika Anda kehilangan seluruh mesinnya?," kata Zizou ketika itu.
Dulu Makelele adalah pelindung Zidane sehingga sang maestro bisa leluasa mengerjakan tugas ofensifnya. Kini, sebagai pelatih, Zizou menemukan Makelele baru dalam diri Casemiro.
Seperti terhadap Makelele, Zidane sangat percaya pada Casemiro. Seperti Makelele, tugas Casemiro adalah membuat mudah pekerjaan Zidane mengatur permainan Madrid, yang secara alami memang beraliran sangat ofensif.
Casemiro menjaga wilayahnya, mengganggu pemain lawan, dan memenangi kembali penguasaan bola ketika dibutuhkan.
Casemiro memang baru dua kali mentas di el clasico. Tapi, rekornya juga brilian dalam duel kaliber berat lain kontra Atletico Madrid.
Madrid tidak pernah kalah dari rival sekotanya itu dalam empat duel di mana Casemiro bermain. Ketika sang gelandang tidak dimainkan, Los Blancos dua kali takluk dari Atletico.