Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Caranya adalah seperti apa yang sudah ia lakukan pada dua balapan pertama musim ini, menang. Vinales toh ternyata pernah menang pula di COTA walau di kelas Moto2.
"Saya suka COTA karena bentuknya yang naik-turun dengan beragam tikungan dan trek itu cocok dengan gaya balap saya," kata Vinales dalam rilis Yamaha yang diterima JUARA.
Modal Vinales untuk menang bukan sejarah, tetapi yang terpenting justru kekuatan terkini, motor Yamaha. Motor ini cocok di segala jenis sirkuit. Kalau pun masih kalah power dari Ducati di lintasan lurus, mereka bisa dengan mudah unggul di bagian lain dari sebuah sirkuit.
Efek psikologis apa yang bakal dirasakan oleh Marquez bila Vinales menang di COTA? Pukulan telak itu berkaitan dengan balapan "kandang"-nya dan kans jadi juara dunia.
Jika Marquez kalah di sirkuit yang sudah seperti jadi miliknya, ini akan menjai pukulan baginya. Hal ini juga bisa berdampak panjang. Dia bakal lebih banyak ketinggalan poin dari Vinales.
Usaha Marquez dalam memburu titel juara dunia untuk kali keempat semakin makin berat. Marquez menyadari bahwa mengalahkan Vinales kini bukan tugas mudah walau mesti balapan di "kandangnya" sendiri. Karena itu, Marquez hanya menargetkan podium.
"Saya butuh podium untuk menumbuhkan rasa percaya diri karena pada dua balapan lalu saya gagal naik podium," kata pebalap berusia 24 tahun itu.
Baca Juga:
Pada GP Qatar, Marquez finis keempat. Sementara itu, di Argentina, dia gagal finis. Meski tak diunggulkan di COTA, dia tetap pebalap yang bisa mengubah banyak hal.
Balapan terakhir, GP Argentina adalah cara Marquez memberikan perlawanan. Sadar Honda tidak sebaik Yamaha dan Ducati, Marquez tahu bagaimana cara menaklukkannya.