Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jelang GP Americas dan Efek Psikologis buat Marquez

By Jumat, 21 April 2017 | 17:30 WIB
Marc Marquez kini memimpin raihan pole position dari semua kelas. (motogp.com)

Tuan Amerika. Itulah julukan Marc Marquez terkait balapan di Negeri Paman Sam. Sejak masuk ke kelas elite pada 2013, pebalap Spanyol ini tidak pernah kalah setiap menjalani race MotoGP di Amerika.

Penulis: Arief Kurniawan

Marquez adalah "anak kemarin sore" di Circuit of The Americas (COTA) pada 2013. Di tahun tersebut, dia baru memulai debut MotoGP.

Namun, pada seri kedua MotoGP 2013, GP Americas, Marquez mengubah semua anggapan itu.

Dia langsung mencatat dua rekor baru sebagai peraih pole position termuda dan pemenang balapan termuda ketika masih berusia 20 tahun.

Pada 2013, Amerika kebagian menggelar tiga seri balapan yakni GP Americas di COTA, GP AS di Laguna Seca, dan GP Indianapolis di Indianapolis. Marquez tak menyisakan tempat bagi siapa pun untuk berbagi kemenangan. Dia menguasai tiga GP tersebut.

Pada 2014 dan 2015, Laguna Seca hilang dari peredaran, menyisakan COTA dan Indianapolis. Tetapi, hasil balapan tetap sama, Marquez belum terkalahkan di Amerika. Ketika pada 2016 balapan di sana hanya menyisakan COTA, Marquez juga tak tersentuh.

Dari delapan GP di AS sejak Marquez ikut MotoGP semua kemenangan di sana hanya dimiliki oleh satu orang dan pada balapan kesembilan, Minggu (23/4/2017) di COTA, orang kedua lebih dari sekadar mengancam rekor Mr America tersebut.

Hanya Incar Podium

Orang itu siapa lagi kalau bukan Maverick Vinales. Pebalap Yamaha yang sedang on fire ini bisa memberikan efek psikologis besar bagi Marquez.

Caranya adalah seperti apa yang sudah ia lakukan pada dua balapan pertama musim ini, menang. Vinales toh ternyata pernah menang pula di COTA walau di kelas Moto2.

"Saya suka COTA karena bentuknya yang naik-turun dengan beragam tikungan dan trek itu cocok dengan gaya balap saya," kata Vinales dalam rilis Yamaha yang diterima JUARA.

Modal Vinales untuk menang bukan sejarah, tetapi yang terpenting justru kekuatan terkini, motor Yamaha. Motor ini cocok di segala jenis sirkuit. Kalau pun masih kalah power dari Ducati di lintasan lurus, mereka bisa dengan mudah unggul di bagian lain dari sebuah sirkuit.

Efek psikologis apa yang bakal dirasakan oleh Marquez bila Vinales menang di COTA? Pukulan telak itu berkaitan dengan balapan "kandang"-nya dan kans jadi juara dunia.

Jika Marquez kalah di sirkuit yang sudah seperti jadi miliknya, ini akan menjai pukulan baginya. Hal ini juga bisa berdampak panjang. Dia bakal lebih banyak ketinggalan poin dari Vinales.

Usaha Marquez dalam memburu titel juara dunia untuk kali keempat semakin makin berat. Marquez menyadari bahwa mengalahkan Vinales kini bukan tugas mudah walau mesti balapan di "kandangnya" sendiri. Karena itu, Marquez hanya menargetkan podium.

"Saya butuh podium untuk menumbuhkan rasa percaya diri karena pada dua balapan lalu saya gagal naik podium," kata pebalap berusia 24 tahun itu.

Baca Juga:

Pada GP Qatar, Marquez finis keempat. Sementara itu, di Argentina, dia gagal finis. Meski tak diunggulkan di COTA, dia tetap pebalap yang bisa mengubah banyak hal.

Balapan terakhir, GP Argentina adalah cara Marquez memberikan perlawanan. Sadar Honda tidak sebaik Yamaha dan Ducati, Marquez tahu bagaimana cara menaklukkannya.

Pada GP Argentina, Marquez sudah memberikan tanda perlawanan. Marquez mampu meraih pole position, lalu memimpin balapan sebelum akhirnya terjatuh.

Meski terjatuh, Marquez terlihat kompetitif saat itu. Dia diyakini bisa bersaing dengan Vinales hingga finis meskipun pada akhirnya tidak menang.

Kini, di COTA, Marquez tak mau mentalnya jatuh karena kalah lagi dari Vinales. MotoGP butuh duel ketat Marquez vs Vinales, tanpa salah satu ada yang terjatuh. Dan COTA, sebenarnya, punya potensi untuk itu.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P