Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sedih. Walau begitu, kepala tetap tegak karena bangga. Kondisi ini yang dirasakan oleh Leciester City setelah petualangannya di kancah Liga Champion tamat di tangan Atletico Madrid. The Foxes memang layak mendapat respek dan penghormatan dari siapa pun.
Penulis: Dedi Rinaldi
Suporter Atletico malah sudah lebih dulu melakukannya. Begitu pertandingan leg kedua antara Leicester dan Atletico berakhir imbang 1-1 di King Power Stadium pada Rabu (19/4/2017), serentak fan kubu lawan malah memberi penghormatan.
Ratusan suporter Atletico yang menyaksikan langsung laga ini ikut melantunkan chant Leicester sebagai bentuk rasa hormat. Fan Atletico seperti ikut bangga dengan pencapaian brilian The Foxes dalam debut Liga Champions.
Sementara itu, pelatih Atletico, Diego Simeone, mengaku sempat merinding dengan gaya tekanan Leicester dari segala arah.
“Penampilan yang hebat dari kompetitor kami malam ini. Sebuah kenikmatan untuk berkompetisi dengan Leicester. Mereka tak pernah menyerah semenit pun. Pantang menyerah, membuat ketakutan sepanjang malam ini terhadap tekanan yang mereka berikan. Leicester menekan kami dari segala arah,” kata Simeone.
Leicester mengakhiri perjalanan pada babak perempat final karena kalah agregat 1-2 dari Atletico.
Baca Juga: Kylian Mbappe dan Efek Pilpres Panas Prancis terhadap Tanah Air
Pada leg pertama, Leicester kalah 0-1 di kandang lawan. The Foxes bertarung di Liga Champion musim ini berkat prestasi menjuarai Premier League 2015/16.
Meski berstatus debutan di LC, Leicester mampu tampil mengejutkan. Banyak yang memprediksi Leicester akan terseok setelah mereka mulai merasakan gemerlap kompetisi LC.
Leicester memang bukan siapa-siapa, bahkan untuk dibandingkan dengan para pesaingnya di fase grup seperti FC Porto, Kobenhavn, serta Club Brugge, yang sudah pernah merasakan berlaga di kasta teratas kompetisi antarklub Eropa ini.
Ternyata, Jamie Vardy dkk. tidak hanya mampu sekadar hadir, melainkan malah melesat menjadi juara di fase grup dan lolos ke babak 16 besar.
Pada fase tersebut, ketika timtim besar Inggris lainnya, seperti Arsenal dan Manchester City, bertumbangan, The Foxes malah sukses menggulung klub Spanyol, Sevilla, sehingga bisa mulus melaju ke babak perempat final.
Semangat Inggris
Karena itu, dua legenda sepak bola Inggris, Rio Ferdinand dan Steven Gerrard, segera menyusul dalam memberikan pujian. Menurut keduanya.
The Foxes telah membuat Premier League bangga. Ferdinand menunjuk pada sisi semangat juang yang ditunjukkan oleh tim asuhan manajer Craig Shakespeare ini sebagai sesuatu yang patut mendapat pujian.
Baca Juga:
“Jika Anda ingin bermain, Anda harus memberikan segalanya. Leicester membuat Atletico terus tertekan. Tak ada yang mengira mereka akan lolos dari fase grup apalagi sampai ke perempat final melawan Atletico. Karena itu, Leicester boleh merasa bangga dengan apa yang mereka raih, dan mereka sudah membuat Premier League bangga,” kata Ferdinand Legenda Liverpool, Stevan Gerrard, mengatakan Leicester sudah melakukan langkah hebat.
“Saya amat bangga dengan para pemain Leicester dan semua yang sudah mereka lakukan di Liga Champion. Mereka melawan tim hebat sekelas Atletico, dan hal tersebut merupakan sebuah langkah luar biasa,” kata Gerrard.
Petualangan Leicester di LC telah berakhir. Namun, pekerjaan utama di kancah EPL belum tuntas.
Pada Rabu (26/4/2017), Leicester akan melakoni laga berat melawan Arsenal di kandang lawan. The Foxes tak boleh larut pada kesedihan atau terlena dalam lautan pujian.
Meski kini Leicester duduk di posisi ke-12 klasemen dan sudah berada di luar jangkauan ancaman zona degradasi, Shakespeare tidak mau tutup mata dan telinga.
Dengan Premier League masih menyisakan enam pertandingan lagi, semua hal masih bisa terjadi. Tidak hanya di papan atas, termasuk pula di papan bawah.
Manajer Shakespeare menekankan kepada anak buahnya agar fokus, apalagi pekerjaan yang tersisa hanya di liga domestik.
“Sebenarnya kami sekarang bisa lebih fokus pada satu kompetisi ketimbang sebelumnya. Dengan berakhirnya perjalanan kami di LC, tentu sepenuhnya fokus akan tercurah di Premier League,” kata Shakespeare, yang masuk sebagai komandan pengganti manajer dipecat, Claudio Ranieri.
Dengan menyimak sisa laga yang akan dimainkan Leicester sampai musim 2016/17 berakhir pada 21 Mei, rasanya The Foxes memang mesti lebih meningkatkan fokus.
Terutama bagaimana mempertahankan posisi sekarang agar jangan sampai mendekat atau malah terperosok kembali ke zona degradasi.
Pasalnya, dalam sisa laga yang akan dimainkan Leicester masih akan bertemu tim-tim favorit yang berpotensi akan memberi pukulan. Dalam daftar tersebut, selain Arsenal sebagai tim favorit yang akan dihadapi, masih terdapat Manchester City serta Tottenham Hotspur sebagai lawan.
Belum lagi kemungkinan kejutan negatif diletupkan oleh rival sekelas West Brom, Watford, serta Bournemouth yang berada dalam daftar.
Rasanya, apa yang akan dihadapi mesti dicermati oleh Leicester, sehingga pujian tentang eksistensi di LC pun akan membekas dengan lama.