Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Menjadi Petenis Profesional Itu Tidak Mudah

By Riemantono Harsojo - Kamis, 20 April 2017 | 19:15 WIB
Ti Chen (tengah) bersama para wasit dalam turnamen ITF Indonesia Terbuka F5 Futures. Ti Chen menjadi juara turnamen yang diadakan di lapangan tenis Hotel Sultan pada Minggu (9/4/2017). (RIEMANTONO HARSOJO/BOLA/JUARA.NET)

Petenis profesional sekilas adalah profesi menyenangkan. Mereka bepergian dari satu kota ke kota lain, dari satu negara ke negara lain. Namun, menjadi petenis profesional itu tidak mudah.

"Menjadi petenis itu sulit, khususnya untuk yang baru mulai menjadi petenis profesional. Mereka butuh dukungan karena tenis adalah olahraga yang mahal," kata petenis yang masuk 25 besar Asia, Ti Chen, kepada JUARA.

Setelah menjuarai turnamen ITF Futures Combiphar Indonesia Terbuka seri enam di lapangan tenis Hotel Sultan, Jakarta pada Minggu (16/4/2017), Ti Chen bercerita tentang tidak mudahnya menjadi petenis profesional, khususnya yang berada di peringkat di atas 350 dunia.

"Para petenis top memang mendapatkan banyak uang, mereka yang ada di 10 atau 20 besar dunia. Sebagian besar hadiah uang dalam tenis profesional masuk ke mereka. Namun, petenis peringkat 350 atau 400 dunia dan seterusnya sesungguhnya tidak memiliki uang dari hadiah turnamen," ujar Ti Chen.

Baca juga:

Ti Chen berkata demikian karena dia pernah menempati peringkat tersebut.

Pada 17 April 2017, pria yang sudah sekitar 15 tahun menjadi petenis profesional itu menempati peringkat 237 dunia.

"Mereka (petenis peringkat 350 dunia dan seterusnya) menggunakan uang pribadi. Mereka bekerja keras (mengikuti turnamen), tetapi pada akhirnya mereka minus (rugi)," ujar petenis berusia 33 tahun itu.

Ya, pengeluaran dari uang pribadi jauh lebih besar dari penerimaan dari hadiah uang turnamen (prize money), khususnya jika tidak menjadi juara.

Dikutip dari situs ATP World Tour, Ti Chen telah meraih hadiah uang 8.192 dolar (sekitar 109 juta rupiah) selama mengikuti turnamen pada tahun 2017.