Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Profil Tim Liga 1 2017: Sriwijaya FC, Antisipasi Guncangan di Awal

By Sabtu, 15 April 2017 | 11:04 WIB
Pemain Sriwijaya FC Palembang menggelar latihan di stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang, untuk menghadapi kompetisi Liga 1 Gojek Traveloka 17 April 2017, (NOVERTA SALYADI/JUARA.NET)

Bila sejumlah klub Liga 1 terancam timpang saat pemain muda kelas satu miliknya dipanggil ke timnas Indonesia U-22, tidak demikian halnya dengan Sriwijaya FC. Ini bisa menjadi keuntungan bagi Laskar Wong Kito. 

Penulis: Andrew Sihombing

Sejauh ini, hanya bek kiri Zalnando yang berhasil mencuri hati pelatih Indonesia U-22, Luis Milla. Tapi, bukan berarti tim kebanggaan masyarakat Sumatra Selatan tersebut minim stok pemain muda berkualitas timnas, justru sebaliknya.

Selain Zalnando, Sriwijaya sebenarnya masih memiliki namanama seperti Yanto Basna, Slamet Budiono, yang tampil bagus di Piala Presiden 2017, serta duet eks U-19 era Indra Sjafri, yakni Maldini Pali dan Hendra Sandi Gunawan.

Kekuatan darah muda ini juga bisa bertambah begitu Ichsan Kurniawan betul-betul pulih dari cedera panjangnya.

Kemewahan pemain U-22 ini yang diharapkan bisa meredam guncangan yang kemungkinan terasa di awal kompetisi. Tidak, ini bukan semata soal kemungkinan absennya bek tangguh Bio Paulin akibat masih cedera.

Masalah lebih besar justru ekses pergantian pelatih hanya beberapa pekan sebelum kompetisi bergulir.

Sebagaimana diketahui, manajemen memang telah memutus kontrak Widodo C. Putro akibat kegagalan di Piala Presiden dan menyerahkan mandat kepada Osvaldo Lessa.

Angker

Memang dasarnya pelatih fisik, fokus utama Lessa di awal kedatangannya di Sriwijaya tak lain membenahi stamina Teja Paku Alam cs. Baru pada pekan ini Lessa mulai fokus pada pemantapan taktik dan strategi bermain.

Padahal, Lessa sendiri berniat melakukan perubahan dari cara bermain Sriwijaya di era Widodo. Ia misalnya, lebih cenderung memakai dua striker alih-alih penempatan Beto sebagai penyerang tengah tunggal seperti sebelumnya.

Nah, tentu butuh waktu bagi pemain untuk bisa betul-betul memahami dan menerapkan strategi anyar itu. Lessa sadar bahwa ia butuh waktu.

"Saya ingin seluruh pemain memahami gaya yang saya inginkan. Saya masih butuh adaptasi dan mesti lebih dulu mengenal karakter semua pemain," katanya.

Baca Juga:

Masalahnya, ekspektasi suporter Laskar Wong Kito sudah kadung tinggi. Belum tentu suporter Sriwijaya mau bersabar bila melihat tim kesayangannya limbung dan terguncang di fase awal kompetisi. Apalagi manajemen juga sudah menetapkan standar tinggi.

"Kami ingin Gelora Sriwijaya kembali angker bagi tim mana pun, tak peduli lawan punya pemain kelas dunia. Sriwijaya FC merupakan tim juara dan kami sudah kangen melihat trofi juara kembali diboyong ke Palembang," ucap Dodi Reza Alex, Presiden Sriwijaya.

TSC 2016 telah mengajarkan pada Sriwijaya bahwa poin-poin yang terbuang di periode awal turnamen menjadi penyebab mereka hanya fi nis di peringkat keempat klasemen.

Laskar Wong Kito tentu tak ingin kembali terperosok di lubang yang sama, bukan?

Pelatih - Osvaldo Lessa


Pelatih asal Brasil, Osvaldo Lessa.(SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Keputusan manajemen Sriwijaya FC mengganti Widodo C. Putro dengan Osvaldo Lessa dinilai sebagai perjudian besar. Tak cuma karena sudah terlalu dekat dengan pembukaan kompetisi, tapi juga reputasi Lessa.

Kinerja pria asal Brasil ini memang dikenal cukup bagus, tapi sebagai pelatih fisik. Saat diberi kepercayaan sebagai pelatih kepala Persipura di TSC 2016, Lessa nyatanya gagal dan dipecat di tengah jalan.

Dilihat dari sejumlah laga uji coba, PR Lessa masih teramat banyak. Ia memang bisa berkilah bahwa hasil imbang 1-1 melawan tim Liga 2, Lampung Sakti, terjadi karena Laskar Wong Kito bermain dengan mayoritas lapis kedua.

Tapi, saat tampil dengan kekuatan penuh menghadapi Cilegon United, Sriwijaya juga cuma bisa menang tipis 1-0.

Bintang - Beto Goncalves


Pemain Sriwijaya FC merayakan gol yang dibuat Beto dalam laga lanjutan Torabika Soccer Championship melawan Persib Bandung di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kab Bandung, Sabtu (30/4/2016).(HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET )

Angka 25 seperti keramat bagi Alberto "Beto" Goncalves. Itulah jumlah yang dilesakkannya di Liga Super Indonesia 2011-12 kala menutup musim sebagai pencetak gol terbanyak. Di TSC 2016, ia kembali menjadi predator paling mengerikan. Jumlah golnya sama, 25!

Dalam wawancara dengan BOLA yang dimuat di edisi 2.758, eks striker Persipura ini bertekad melewati batas psikologis tersebut.

"Kalau tahun kemarin saya bisa mencetak 25 gol, tahun ini saya ingin lewat dari 25 gol," katanya.

Seiring dengan usia yang kini sudah menginjak 36 tahun, Beto tak lagi melulu memakai kecepatan sebagai senjata utama. Kecermatan mencari ruang serta kematangan memanfaatkan peluang membuatnya justru makin berbahaya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P