Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Hanya tujuh pelatih lokal (38,8%) yang diberi kepercayaan menukangi tim Liga 1 di awal musim 2017. Persentase itu adalah yang paling rendah di kompetisi elite sepak bola nasional sejak era Liga Super.
Penulis: Andrew Sihombing/Ovan Setiawan
Tidak pernah pada musim-musim sebelumnya jumlah pelatih lokal kurang dari 50 persen seperti sekarang. Pada edisi 2009/10 dan 2013, pelatih lokal bahkan mencapai 77,7 persen alias 14 dari 18 pelatih.
Minimnya pelatih lokal ini tak lepas dari pergantian pelatih di sejumlah klub selepas turnamen TSC 2016.
Klub-klub seperti PS TNI, Persija, Bhayangkara FC, Bali United, hingga Sriwijaya, yang dulu dibesut arsitek lokal, kini beralih ke pelatih asing. Sulit menerima kecenderungan terhadap arsitek asing ini murni karena faktor kualitas.
Osvaldo Lessa, yang kini menakhodai Sriwijaya misalnya, dicap gagal kala menukangi Persipura.
Begitu juga Simon McMenemy (Bhayangkara FC), yang dipecat oleh manajemen Pelita Bandung Raya sebelum musim 2013 selesai.
Adapun komandan Persija saat ini, Stefano Cugurra, belum pernah mengukir prestasi selama menjadi pelatih.
Pada Liga Premier Thailand musim 2016, pelatih yang akrab disapa Teco tersebut cuma bisa membawa Royal Thai Navy finis di peringkat ke-14 dari 18 kontestan.
Terukir
Rekam jejak kualitas pelatih lokal pun sebenarnya sudah terukir.
Sudah dua nama anak negeri yang meraih gelar juara di kompetisi teratas Indonesia sejak era Liga Super, yakni Kas Hartadi pada 2010/11 dan Djadjang Nurdjaman di edisi 2014.
Sejak periode 2008/09 itu, empat musim lainnya diwarnai sukses pelatih asing.
Baca Juga:
Tapi, tiga di antaranya menjadi milik Jacksen F. Tiago (Persipura 2008/09, 2010/11, 2013) dan satu lagi direngkuh oleh Robert Rene Alberts (Arema 2009/10).
Artinya, jumlah pelatih lokal dan asing yang pernah meraih trofi lambang supremasi bal-balan nasional sama-sama dua.
Musim 2017 bahkan bisa menjadi momentum pelatih lokal melampaui rekan sejawat asingnya.
Kans ini tak lepas dari sosok Aji Santoso di kursi pelatih Arema FC. Dengan sederet pemain bintang dan rekam jejak sebagai kampiun Piala Presiden 2017, Singo Edan memang merupakan salah satu kandidat juara Liga 1.
Bagi Aji sendiri, Liga 1 sekaligus menjadi momen pembuktian dirinya. Pria berumur 47 tahun ini sempat dianggap sebagai aib akibat sejumlah kekalahan telak yang dialami timnas Indonesia di bawah racikannya.
Periode awal kepelatihannya di Arema pun lebih diwarnai oleh keraguan publik.
Aji bukannya tak sadar betapa besar ekspektasi yang dibebankan di pundaknya. Hanya, ia tak gentar.
"Harapan suporter itu merupakan tantangan, yang mesti ditaklukkan lewat kerja keras," katanya.
Selain Aji, pelatih lokal lain yang punya peluang besar meraih gelar tak lain ialah Djadjang, yang kini kembali ke Persib.
Keduanya akan bersaing dengan arsitek asing di sejumlah klub favorit lain seperti Gomes de Oliveira (Madura United), Dragan Djukanovic (Pusamania), Alberts (PSM), Lessa (Sriwijaya), hingga Angel Alfredo Vera (Persipura).