Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

FC Bayern ala Ancelotti, Manajemen Keluarga Don Carletto

By Kamis, 13 April 2017 | 00:15 WIB
Pelatih Bayern Muenchen, Carlo Ancelotti (kiri), menyalami pemainnya, Thomas Mueller, seusai laga pertama babak 16 besar Bayern Muenchen kontra Arsenal, di Allianz Arena, Rabu (15/2/2017) waktu setempat. (ODD ANDERSEN/AFP)

Carlo Ancelotti dikenal sebagai pelatih kalem. Ia lebih memilih pendekatan personal guna menggenjot performa sang pemain. Soal taktik? Ia tak punya preferensi khusus. Bagi Don Carletto, segalanya adalah soal keseimbangan.

Penulis: Anggun Pratama

Keseimbangan itu sangat penting, antara menyerang dan bertahan. Yang penting adalah jumlah pemain cukup buat membanjiri kotak pemain lawan ketika menyerang dan tidak terekspos karena kekurangan personel ketika bertahan.

Carletto juga tidak menyiram seluruh pemainnya dengan instruksi mendetail nan menjelimet. Ia hanya memberikan instruksi yang jelas dan percaya dengan pembuatan keputusan para pemainnya.

Toh, memang pemain yang berlaga di atas lapangan. Pendekatan Carletto sangat sederhana, tetapi bukan berarti ia tak punya imajinasi.

Tim asuhannya tak pernah disebut sebagai tim negatif kendati memiliki pertahanan bagus.

Bak seorang konduktor, Carletto membentuk sebuah simfoni yang berisi sosok-sosok kaya teknik dengan kemampuan individual di atas rata-rata.

Carletto adalah pelatih yang membangun sistem yang cocok dengan para pemainnya, bukan membuat pemain cocok dengan sistem keinginannya.

Kondisi tersebut tentu berbeda dengan Pep Guardiola yang bisa dibilang maniak bila bicara soal taktik. Tak ada satu pun pemain yang boleh melanggar kata-katanya. Pep seperti membawa pecut.

Pelatih Bayern Muenchen, Carlo Ancelotti menjelang pertandingan UEFA Champions League antara Arsenal kontra Bayern Muenchen di Emirates Stadium, 07 Maret 2017. (CLIVE MASON/GETTY IMAGES)

Simak saja pengakuan Thierry Henry ketika masih di Barcelona yang sudah diketahui banyak orang.

"Saya pernah mencetak gol buat Barcelona karena keluar dari posisi seharusnya. Pep lantas mengganti saya karena tidak menurut dengan taktiknya," ucap sang penyerang.

Dari sisi permainan, Don Carletto di Muenchen tidak menuntut pemainnya agar mengendalikan laga secara mutlak. Ia bisa membuat timnya beradaptasi dengan sistem lawan.

"Kami bermain sedikit lebih sabar di berbagai kesempatan. Di era Pep, kami mencoba terus menekan lawan selama lebih dari 90 menit. Kini, kami memilih situasi lebih bijak buat menekan lawan," kata Joshua Kimmich kepada tz.de.

Cara tersebut bisa terlihat ketika menghadapi Borussia Dortmund akhir pekan kemarin. Dalam kemenangan 4-1 di Allianz Arena, gol-gol Muenchen banyak yang lahir melalui serangan balik kilat.

 

Baca Juga:

Tanpa Pakem

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, Ancelotti tidak mendewakan sebuah sistem. Yang penting adalah cocok buat timnya dan juga lawan.

Carletto bahkan pernah membiarkan anak asuhnya menentukan sendiri strategi di hari pertandingan. Laga itu adalah final Piala FA 2010 kontra Portsmouth. Chelsea menang 1-0.

"Saya yakin para pemain mengikuti strategi, karena mereka sendiri yang membuatnya. Terkadang saya merancang strategi, tetapi tak tahu apakah para pemain paham dengan instruksi saya," katanya di Financial Times.

"Saya terkadang bergurau dengan pemain, 'apakah kalian paham dengan strategi saya?' Mereka lantas menjawab, 'Ya, ya! Tolong ulangi, Bos'," ucapnya lagi.

 

Di Bayern Muenchen, pilihan terbaik adalah dengan menggeber sistem 4-3-3 atau 4-2-3-1. Perbedaan lain dari gaya manajemen Carletto adalah ia lebih terbuka dengan para pemain.

Pendekatan personal Carletto merupakan salah satu yang terbaik di dunia.

"Ia adalah gabungan terbaik dari Jupp Heynckes dan Pep Guardiola: taktik Pep dan pendekatan humanis Heynckes. Faktor terakhir sangat sulit diterapkan di Real Madrid, tetapi bisa ia lakukan," kata eks anak asuh Carletto di Madrid, Toni Kroos.

Carletto membangun sebuah komunitas dengan nilai-nilai kekeluargaan tinggi di seluruh klub yang pernah ia latih, tak terkecuali di Bayern. Cara itu juga sukses dijalankan oleh dua pendahulunya, Heynckes dan Ottmar Hitzfeld.

"Betul, saya ingin punya relasi bagus dengan para pemain. Banyak orang yang keliru dengan pilihan itu sebagai kelemahan. Disiplin, menuruti aturan dan respek adalah hal penting buat saya," ucap Ancelotti.

"Saya tidak terobsesi dengan hal-hal tersebut, tetapi tegas dalam penerapan. Di sisi lain, saya mencoba berbicara dengan semua pemain, namun hal terpenting adalah mendengarkan semua pemain. Secara personal. Diskusi eye to eye," ucapnya lagi.

Thomas Mueller mengapresiasi pendekatan Mister Ancelotti.

"Ancelotti lebih dekat dengan para pemain. Pep, di sisi lain, seperti punya dunia sendiri," ujarnya di Bild.

"Seharian ia bisa memikirkan tentang bagaimana ia bisa menggeser pemain dua-tiga meter di situasi tertentu di lapangan demi mendapatkan solusi sempurna. Pep sangat gila, tetapi dalam konteks positif tentunya," tuturnya.

"Berlatih di bawah Ancelotti sangat menyenangkan. Ia punya cara bagus menangani pemain, dan saya harap kami bisa sangat sukses," kata Mueller.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P