Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Istilah grand slam sangat familiar buat tenis, tapi tidak di ajang Formula 1. Namun, istilah ini sesungguhnya ada dan di GP China, Lewis Hamilton baru saja mendapatkannya satu kali lagi sepanjang kariernya.
Penulis: Arief Kurniawan
Grand slam adalah cerminan dominasi total seorang pebalap dalam sebuah balapan. Apa yang diperlihatkan Hamilton di Sirkuit IntShanghai hari Minggu (9/4/2017) menunjukkan betapa dia unggul telak bahkan terhadap rival terberatnya saat ini, Sebastian Vettel.
Status grand slam sah didapatkan seorang pebalap bila dia mampu meraih kemenangan, start dari pole position, mencetak fastest lap, dan ini yang sangat susah dilakukan yaitu selalu memimpin balapan sejak lap pertama hingga finis.
Balapan di Sirkuit Shanghai diawali dengan kondisi trek separuh basah. Ketika trek mengering, beberapa pebalap termasuk Vettel masuk pit lebih dulu untuk ganti ban kering. Hamilton masuk pit beberapa saat kemudian.
Lalu, masuklah safety car ke dalam trek untuk menetralkan lomba gara-gara Antonio Giovinazzi mengalami kecelakaan. Saat itulah momen tepat bagi Hamilton untuk masuk pit lalu keluar tetap sebagai pemimpin lomba.
Ketika para pebalap harus sekali lagi masuk pit untuk mengganti ban kering ke ban kering yang lain, Hamilton pun diuntungkan fakta bahwa dia, masuk pit belakangan. Dengan masuk pit belakangan, Hamilton tak perlu sampai kehilangan posisi lomba.
Perang Lap Time
Meski balapan terlihat mudah, juara dunia tiga kali asal Inggris ini menganggap sebaliknya.
"Saat menuju grid sebelum balapan, saya mencoba ban intermediate sekaligus menjajal ban kering yang menurut saya mustahil digunakan untuk start. Tetapi, memakai ban basah juga bukan pekerjaan ringan karena sebagian trek sudah mengering," kata Hamilton dalam rilis Mercedes.
Baca Juga:
Grand slam ini penting bagi Hamilton mengingat dalam jangka panjang dia bakal lebih sering dibuat repot Vettel. Dia menyadarinya karena berkaca dari perbandingan lap time mereka berdua.
Pada beberapa lap terakhir mereka bergantian membuat lap time bagus, sebelum akhirnya Hamilton mencatat putaran terbaik 1 menit 35,378 detik di lap 44.
Lap time itu akhirnya tercatat sebagai fastest lap lomba, sebuah persyaratan tambahan bagi Hamilton sebelum meraih grand slam. Ini adalah Grand Slam ketiga Hamilton setelah GP Malaysia 2014 dan GP Italia 2015.
Fastest lap Hamilton itu tidak berbeda jauh dari apa yang dibuat Vettel, 1:35,423, alias hanya berselisih 0,045 detik.
"Setiap kali saya membuat lap time bagus, Lewis selalu meresponsnya," kata Vettel sembari mengiyakan ketatnya persaingan mereka.
Perseteruan kedua pebalap ini bakal terus berlanjut. Hingga dua balapan awal 2017 memang belum tercipta duel wheel-to-wheel seperti Vettel vs Daniel Ricciardo di Shanghai. Namun, suatu saat bukan mustahil itu terjadi.
Koleksi Grand Slam F1:
8: Jim Clark
5: Alberto Ascari, Michael Schumacher
4: Jackie Stewart, Ayrton Senna, Nigel Mansell, Sebastian Vettel
3: Nelson Piquet, Lewis Hamilton