Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Plus-Minus Mengganti Kompetisi Nasional U-21

By Senin, 17 April 2017 | 09:25 WIB
Pemain baru Madura United, Fandi Eko (kanan), mencetak satu gol dalam laga ekshibisi melawan klub Tunas Muda untuk memeriahkan pernikahan Bayu Gatra di Lapangan Glogowiro Kalisat Jember, Jawa Timur (16/01/2017). (SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Sejak Liga Super Indonesia (LSI) U-21 digulirkan pada 2008-2009, sepak bola Indonesia menuai berkah. Di tengah format kompetisi yang kurang ideal lantaran minimnya laga, LSI U-21 mampu memproduksi pemain-pemain muda untuk level senior maupun timnas.

Penulis: Kukuh Wahyudi

Indonesia U-23 di SEA Games 2011 langsung mencicipi manisnya kompetisi usia muda tersebut. Tim yang finis sebagai runner-up itu berisikan alumni LSI U-21.

Salah satu nama yang bersinar kala itu adalah Yongki Aribowo.

Baca juga:

 

 

Berbekal penampilan impresif di musim 2008-2009 bersama Persik U-21 dengan torehan enam gol, penampilannya sebagai pemain muda konsisten sampai 2011 sehingga menarik minat Rahmad Darmawan, pelatih Indonesia U-23.

Di SEA Games 2013 yang masih diarsiteki Rahmad, LSI U-21 masih menjadi media andalan untuk mencari pemain.

Di edisi ini, timmas digawangi Dedi Kusnandar, Ferinando Pahabol, dan Fandi Eko Utomo, yang juga dimatangkan di LSI U-21.

Bahkan, Dedi dan Fandi berstatus pemain terbaik di musim 2008-2009 dan 2011.

Di SEA Games 2015, di bawah besutan Aji Santoso, muncul nama-nama eks LSI U-21 lain, seperti Abduh Lestaluhu dan Zalnando.

Dapat disimpulkan, kompetisi LSI U-21 menjadi solusi bagi timnas dalam rangka mencari pemain untuk SEA Games.

Tak hanya itu, ajang U-21 juga menjadi jenjang yang ideal bagi pemain sebelum melangkah ke level senior.

"Banyak pemain saat ini yang dimatangkan di kompetisi U-21. Saya dan teman-teman yang lain menjadi buktinya," kata Fandi, yang kini berseragam Madura United itu.