Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kepada media-media Italia, seperti Gazzetta dello Sport dan Sky Sports, Claudio Ranieri akhirnya angkat bicara soal pemecatannya dari Leicester City pada 23 Februari lalu.
Claudio Ranieri dipecat setelah membawa Leicester membuat kejutan besar menjuarai Premier League 2015-2016. Namun, musim berikutnya performa Leicester merosot drastis.
Ketika Ranieri dipecat, Leicester hanya berada satu poin di atas zona degradasi. Rumor yang beredar ketika itu adalah Ranieri “dikhianati” pemain-pemain senior Leicester.
Kabarnya, presiden klub, Vichai Srivaddhanaprabha, mengumpulkan Jamie Vardy dan beberapa pemain lainnya. Hasil pertemuan itu memutuskan Ranieri harus dipecat.
Ranieri meyakini memang ada pengkhianatan dari dalam tubuh Leicester terhadap dirinya, tapi hal itu tidak dilakukan oleh para pemain maupun Asisten Manajer Craig Shakespeare.
Baca Juga:
“Apa yang mereka bilang ketika memecat saya? Hal biasa: 'Kami butuh terapi kejut, tim dalam masalah besar, kami minta maaf tapi sepak bola memang seperti ini,” kata Ranieri.
“Apakah saya yakin para pemain tidak mengkhianati saya? Seratus persen yakin! Tidak ada masalah dengan para pemain. Kesuksesan kami musim lalu membuat beberapa di antara mereka mendapatkan nilai kontrak empat kali lipat. Craig Shakespeare? Dia selalu bersikap fair. Dia asisten manajer yang bagus,” lanjut Ranieri.
Akan tetapi, Ranieri juga tidak menyebutkan siapa yang dia yakini telah mengkhianatinya.
“Saya tidak tahu dan tidak peduli. Saya tidak mau terlibat dengan kecemburuan, rasa iri, dan permainan kekuatan," ujarnya.