Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Selalu ada pengalaman menarik atau aneh dalam setiap lomba. Hal itulah yang diungkapkan oleh pelari ultra-trail Indonesia, Hendra Wijaya.
Salah satu pengalaman seru yang dialami Hendra Wijaya adalah tatkala mengikuti lomba di Kutub Utara. Pada Maret 2015, Hendra mengikuti lomba lari lintas alam berjarak 566 km bertajuk Likeys 6633 di Kutub Utara.
"Saya menjalani lomba itu selama delapan hari, sekitar 192 jam. Saya berlari dengan membawa perlengkapan. Suhunya bisa mencapai minus 50 derajat celcius," ucap Hendra.
Pria berusia 50 tahun ini menjalani lomba dengan menggunakan atribut pakaian dingin, penanda lokasi (GPS), pelindung mata untuk cuaca dingin (google), membawa makanan, minuman dll.
"Ketika saya menjalani lomba di kondisi itu, google saya sempat tertutup es sehingga menggangu penglihatan. Saya coba membersihkan, tapi belum berhasil. Saya membukanya dan mencoba menyiram dengan air panas. Hasilnya, air panas itu membeku dalam hitungan detik dan google saya tak bisa dipakai," tutur pria berpembawaan santun ini.
Hendra akhirnya tetap melanjutkan lomba tanpa google. Dia mengandalkan penutup kepala dan tangan untuk melindungi kepala serta matanya.
Baca Juga: Toulon Tournament, 'Ayah' bagi Bintang-bintang Kelas Dunia
"Saya melanjutkan lomba sambil menunduk demi melindungi kepala dan mata," kata Hendra.
Bukan hanya itu yang menjadi pengalaman seru Hendra di Kutub Utara. Cuaca yang dingin dan angin kencang juga membuat pengusaha garmen ini mengalami kejadian menarik lainnya.
"Kala itu, saya memutuskan untuk beristirahat. Saya memasang penanda dan tempat untuk tidur. Tidak berapa lama setelah saya tidur, saya mendengar suara, seperti ada yang menggoyang kantung tidur saya. Saya membiarkan saja karena saya pikir itu peserta lain," kata pria dengan tinggi 169 cm.
Dalam lari ultra-trail di kondisi esktrem, para peserta harus memasang pancang penanda lokasinya di tempat mereka pilih untuk beristirahat. Biasanya, peserta lain sering bergabung dengan peserta lain yang terlebih dahulu berada di lokasi tersebut.
"Ketika terbangun, saya menyadari bahwa suara itu bukanlah peserta lain yang menggoyang kantung tidur saya. Ternyata, kantung tidur saya tergoyang dan berbunyi karena diterpa dan terseret angin sehingga saya sudah berada sekitar beberapa menter dari pancang penanda lokasi yang saya buat," tutur Hendra.
Pengalaman seru itu malah membuat Hendra semakin ingin menaklukkan jarak-jarak ekstrem. Kini, Hendra tengah berada di Nepal untuk mengikuti Great Himalaya Race 2017 yang menyusuri Pegunungan Himalaya dari Timur ke Barat sejauh 1.800 km selama 40-45 hari sepanjang April-Mei.
"Saya tak mau disebut sebagai pelari, saya itu petualang," tutur pria yang berniat menaklukkan tujuh puncak dunia dan menjajal lomba di Kutub Selatan ini.