Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Akhir pekan ini bakal spesial bagi seorang Valentino Rossi. Dia melewati balapan ke- 350 pada seri yang ia sukai dan dia pun dicintai publik di sana. Masalahnya, bagaimana dengan kisah balapan itu sendiri, happy atau sad ending buat Rossi?
Penulis: Arief Kurniawan
Sirkuit Termas de Rio Hondo di Argentina sangat berbeda dengan Losail di Qatar, tempat seri pertama musim ini digelar. Rossi sangat menyukai Rio Hondo karena layout-nya cocok dengan gaya balapnya.
Sirkuit Rio Hondo sangat cepat dan mengalir, perpaduan yang bertahun-tahun jadi kesukaan The Doctor. Kemenangan Rossi dua tahun lalu pun didapatnya dengan perhitungan matang.
Selain suka karakter Rio Hondo, Rossi pun sangat piawai memilih ban yang cocok. Pemilihan ban ini sangat krusial mengingat aspal di sana sangat kejam terhadap ban.
Memilih ban lunak pastilah bisa cepat di awal, namun kedodoran menjelang finis. Kemampuan Rossi memilih ban sesuai dengan kebutuhan lomba bisa terulang di Termas de Rio Hondo tahun ini.
Masalahnya, sejago apa pun Rossi sekarang, di usia 38 dia makin mendapati lawan-lawan yang lebih tangguh dan lebih muda. Belum lagi rival terberatnya saat ini adalah rekan setimnya sendiri, Maverick Vinales.
Publik Argentina sangat mencintai Rossi. Apalagi pada kemenangannya tahun 2015 di podium dia mengenakan jersey timnas Argentina milik Diego Maradona yang membuat penonton makin jatuh cinta padanya.
Rossi pun menyadari dukungan publik Argentina turut membuatnya tampil ganas di sana.
"Tapi tahun ini tak mudah. Kondisi aspal selalu menyulitkan para pebalap," katanya.
Vinales pasti membuat hidup Rossi jadi tambah sulit. Makanya, Rossi bilang dapat podium lagi di Argentina pun sudah bagus baginya.
Baca Juga:
Rossi juga tak tergiur untuk mengubah sasis 2017 ke 2016. Sasis 2016 terbukti masih ampuh di tangan Johann Zarco.
Sang rookie melesat dan langsung memimpin balapan selama enam lap, sebelum membuat kesalahan dan terjatuh di Qatar.
"Menurut Yamaha sasis 2017 tetaplah yang terbaik buat saya," kata Rossi.
Vinales bukan hanya cepat beradaptasi dengan segala hal di Yamaha, tapi mewujudkannya dalam bentuk kemenangan.
Argentina adalah salah satu seri yang tentu saja juga disukai oleh Vinales. Musim lalu, bersama Suzuki, dia berpeluang naik podium, tetapi sedikit kesalahan membuat itu jadi sirna karena dia terjatuh.
Bersama Yamaha Vinales tak ingin membuat kesalahan yang sama. Dia sudah dibekali modal besar sekali untuk melakukan apa pun. Modal itu dipakainya untuk menjadi musuh dalam selimut terbesar bagi Rossi.