Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Satu Misi Milla Terpecahkan di Indonesia U-22, Sisanya Masih Beragam

By Jumat, 7 April 2017 | 23:45 WIB
Para pemain Indonesia U-22 jelang pertandingan uji coba menghadapi Persija Jakarta di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, pada Rabu (5/4/2017). (HERK AYANIS PANGARIBOWO/JUARA.NET)

Selepas uji coba melawan Myanmar pada 21 Maret 2017, pelatih Indonesia U-22 menyebut rencana tim asuhannya memainkan bola-bola pendek seperti di sesi latihan tidak bisa diterapkan karena berbagai hal.

Penulis: Andrew Sihombing

Seiring berjalannya hari, misi Luis Milla membuat Indonesia U-22 bermain dengan bola pendek dari kaki ke kaki, bila memang seperti itu yang diniatkannya, mulai terwujud. Setidaknya, itu yang terlihat dalam uji coba melawan Persija Jakarta, Rabu (5/4/2017).

Putu Gede Juni Antara Cs tak lagi buru-buru melepas umpan panjang ke penyerang sayap. Aliran bola juga mulai lebih rapi dan semakin mengoptimalkan lini tengah.

Mungkin ini yang membuat Milla puas dengan penampilan tim asuhan­nya. Pelatih berusia 51 tahun ini pun tak ambil pusing dengan skor kacamata yang tertera di akhir laga itu.

"Saya senang dengan penampilan anak-anak. Kami sudah lulus ujian menghadapi tim yang bagus dan dewasa seperti Persija. Anak-anak bermain bagus, tapi lawan lebih bagus dan berpengalaman," katanya kepada wartawan di sesi jumpa pers selepas pertandingan.

Baca Juga:

Keinginan Luis Milla agar Indonesia U-22 bermain dengan operan pendek mungkin sudah terlihat. Hanya, partai kontra Persija juga menunjukkan bahwa PR sang pelatih juga masih beragam. Di antaranya adalah:

Bingung

Rencana bermain dengan operan pendek memang berjalan lancar, tapi cuma sampai di lini tengah. Tim asuhan Milla seperti kebingungan mengalirkan bola ke lini depan, terlebih saat Persija bermain sabar dan disiplin menjaga wilayah mereka.

Hal ini diperburuk dengan jeleknya penampilan Evan Dimas sebagai pengatur seran­gan. Eks kapten Indonesia U-19 tersebut sering kehilangan bola dan salah melepas operan.
Rekannya di lini tengah, Hanif Sjahbandi, juga lebih sering melepas operan horizontal dan malah ke belakang alih-alih menuju lini depan.

Terisolasi

Kebuntuan sektor ofensif berbuntut pada minimnya peluang. Indonesia U-22 butuh 26 menit sebelum akhirnya bisa melepas tembakan pertama ke gawang Persija melalui Evan, itu pun melenceng dari sasaran.

Minimnya upaya percobaan ke gawang lawan juga terjadi karena striker Ahmad Nur Hardianto terisolasi di lini depan sehingga kerap turun terlalu dalam.

Adapun striker milik klub Persela ini cuma bisa melepas satu shot on target sepanjang pertandingan, yakni di injury time babak pertama lewat tembakan lemah yang sama sekali tak membahayakan.

Konsistensi

Menurut Milla, tim asuhannya bermain baik sepanjang laga kontra Persija. Inilah yang membuat sang pelatih tak gusar dengan hasil kacamata.

"Satu hal yang lebih baik dibanding saat melawan Myanmar adalah tim bisa bermain baik selama 90 menit. Kami memang kewalahan, tapi tidak kebobolan sepanjang laga. Stamina juga sudah lebih bagus," ujarnya.

Namun, kacamata Milla sepertinya berbeda dengan yang dipakai Rohit Chand. Gelandang Persija itu menilai sejumlah pergantian membuat performa lini tengah Indonesia U-22 menurun.

"Setelah sejumlah pergantian, lini tengah kami (Persija) jadi lebih baik dibanding mereka," katanya kepada BOLA di mixed zone.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P