Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kedatangan pemain level dunia, Michael Essien dan Carlton Cole, membuat Persib menjadi pusat perhatian sponsor. Tak sedikit sponsor yang ingin mengikat kerja sama dengan Maung Bandung untuk memamerkan produknya.
Penulis: Ferry Tri Adi/Budi Kresnadi
Musim ini, Liga 1 akan bergulir pada 15 April 2017, jumlah perusahaan yang mau mengucurkan fulusnya untuk Maung Bandung bertambah setelah Bank Permata Syariah dan Go-jek ikut meneken kontrak kerja sama.
"Bank Permata Syariah dan Go-jek juga sudah masuk sebagai sponsor. Sekarang kami memiliki 14 sponsor utama," ujar Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat, Glenn T. Sugita.
Kedua sponsor anyar itu langsung nangkring di bagian dada jersey Persib musim ini berdampingan dengan Datsun, Indofood, dan Corsa. Otomatis, pada Liga I 2017 jersey Persib akan dihiasi lima sponsor di bagian dada.
Belum lagi produk yang menempel di punggung, lengan, dan bahu. Boleh dibilang jersey Persib lebih mirip seragam pebalap sepeda.
"Yang jelas pelatih harus punya wibawa dan berani bertindak demi kebaikan tim."
Legenda Persib, Ajat Sudrajat
Tak pelak, dua pemain anyar Persib, Michael Essien dan Carlton Cole, kaget melihat banyaknya logo sponsor di jersey Maung Bandung. Maklum, di Liga Inggris, tempat mereka bermain sebelumnya, tidak ada klub yang memiliki jersey "seramai" itu.
Manajemen Persib memang harus tancap gas mencari pemasukan dari sponsor karena pengeluaran musim ini dipastikan membengkak dengan bergabungnya marquee player dan pemain bintang yang gajinya selangit.
Selain dibanjiri sponsor, juara Liga Super Indonesia 2014 itu juga kebanjiran pemain bintang. Setelah mendatangkan Essien dan Cole, nama bintang terakhir yang bergabung ialah pemain naturalisasi Raphael Maitimo.
Mereka akan bergabung dengan sejumlah bintang yang lebih dahulu masuk skuat Maung Bandung macam Vladimir Vujovic, Sergio van Dijk, Atep, Hariono, Tony Sucipto, Dedi Kusnandar, dan Supardi.
Namun, hadirnya sederet pemain bintang bak pisau bermata dua bagi Persib. Di satu sisi menambah kekuatan tim, di sisi lain berpotensi mengganggu keharmonisan tim.
Mantan bintang Persib era 1980-an, Ajat Sudrajat, menilai biasanya pemain bintang memiliki ego yang besar karena mereka merasa punya kemampuan di atas pemain lain.
Baca Juga:
"Sekarang tinggal bagaimana pelatih mengendalikan pemain, termasuk mereka yang berlabel bintang," tutur Ajat.
Menurut Ajat, sebagai pelatih Djadjang Nurdjaman memiliki kewenangan penuh dalam mengendalikan tim asuhannya, tanpa campur tangan orang lain karena dia yang lebih tahu kondisi tim.
"Yang jelas pelatih harus punya wibawa dan berani bertindak demi kebaikan tim. Jangan silau dengan nama besar pemain. Dengan begitu, mereka akan respek," tutur Ajat.
Djadjang mengakui bahwa hal wajar jika pemain bintang memiliki ego yang besar, tergantung bagaimana menyikapinya. Dirinya akan berusaha memanfaatkan kehadiran pemain bintang tersebut agar berdampak positif bagi tim.
"Mereka harus menjalani program yang kami susun, tanpa terkecuali. Selain itu, kami akan berupaya memaksimalkan kemampuan mereka," tutur Djanur, sapaan akrab sang pelatih.
Pelatih berusia 59 tahun itu sudah memiliki rencana sendiri untuk mengatur penampilan para pemain agar terjadi persaingan yang sehat.