Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pelatih asal Belanda, Guus Hiddink, menolak tawaran untuk membesut Leicester C ity, setelah klub berjulukan The Foxes tersebut memecat Claudio Ranieri.
Ranieri dipecat oleh Leicester pada Februari 2017. Keputusan itu hanya berjarak sekitar sembilan bulan setelah pelatih asal Italia tersebut membawa Leicester untuk kali menjuarai Premier League.Keputusan memecat Ranieri dilatarbelakangi performa tim yang nyaris terdegradasi.
Setelah Ranieri dipecat, Leicester mengincar Hiddink. Namun, pelatih yang pernah menangani Chelsea tersebut menolak tawaran tersebut. Hiddink lebih menyarangkan Leicester mengangkat Craig Shakespeare yang awalnya menjabat sebagai asisten pelatih.
"Mereka tidak menanyakan secara langsung tetapi secara tidak langsung. Namun, saya katakan tidak. 'Jika Anda memencat Ranieri, mengapa Anda tidak memilih nomor 2? Shakespeare mengenal klub dan pemain. Mengapa Anda tidak memilih dia. Anda akan melihat perubahan?' kata saya saat itu. Akhirnya apa saya katakan benar," kata Hiddink.
"Liverpool (laga pertama Shakespeare sebagai pelatih) tidak tahu cara menundukkan mereka. Dalam 20 menit, mereka tertinggal 0-2. Setelah lima hari, Leicester menang atas Hull. Masalah terdegradasi teratasi dalam lima hari," tuturnya menambahkan.
WATCH: The best of the action from inside the tunnel at King Power Stadium for the visit of Stoke City in the Premier League. #LeiSto pic.twitter.com/KOgNxg3KXY
— Leicester City (@LCFC) April 1, 2017
Shakespeare memang mampu "menghidupkan" kembali Leicester. Di tangan pelatih berusia 53 tahun tersebut, Leicester meraih lima kemenangan beruntun. Salah satu kemenangan Jamie Vardy dan kawan-kawan adalah saat mengalahkan Sevilla dengan skor 2-0. Berkat kemenangan itu, Leicester lolos ke perempat final Liga Champions.
Di Premier League, Leicester semakin jauh dari zona degradasi. Kini, mereka berada di peringkat ke-13 dengan merangkum 33 poin, atau unggul enam angka dari Hull City yang berada di peringkat ke-18.