Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Brasil sedang berbulan madu dengan pelatih timnas mereka, Adenor Leonardo Bacchi alias Tite. Lelaki berusia 55 tahun itu mengantar Selecao lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia.
Kepastian lolosnya Brasil ke Rusia 2018 diperoleh setelah mereka menekuk Paraguay 3-0 pada duel Kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Selatan, Rabu (29/3/2017) pagi WIB.
Sampai hari laga ke-14, Selecao meraup 33 poin berkat catatan 10 kemenangan, 3 kali imbang, dan cuma sekali kalah.
Raihan tiket ke Piala Dunia tahun depan bagi Brasil diwarnai oleh kecemerlangan rekor mereka bersama Tite.
Tim Samba kembali mengerikan bagi setiap lawan sejak ditangani eks arsitek Corinthians tersebut. Kondisi ini membuat publik Brasil bergairah lagi menanti penampilan timnas mereka.
Dalam jajak pendapat di program besutan Fox Sports Brasil, Boa Tarde, pada awal pekan ini, sekitar 63 persen suara perwakilan rakyat Brasil meyakini Tite lebih baik daripada pelatih Manchester City, Josep Guardiola.
Alasannya logis karena keyakinan itu menyangkut performa brilian disertai penampilan memikat individu-individu di skuat Selecao saat ini.
Brasil con Tite:
— VarskySports (@VarskySports) March 29, 2017
3-0 a
2-1 a
5-0 a
2-0 a
3-0 a
2-0 a
4-1 a
3-0 a
8 JUGADOS, 8 GANADOS.
24 GF, 2 GC.
DISPARATE TOTAL pic.twitter.com/XBUVo6LGXI
Tite mengambil alih kemudi timnas Brasil sebagai penerus Carlos Dunga pasca-kegagalan di Copa America Centenario 2016.
Di bawah kendali lulusan Universitas Katolik Pontificial di Campinas ini, Selecao melahap sembilan kemenangan beruntun dalam sembilan partai!
Delapan kemenangan di antaranya muncul pada Kualifikasi Piala Dunia 2018. Artinya, Tite berperan atas lahirnya 80 persen tripoin Brasil.
Tite dipuji karena membangun skuat dari sisi terpenting soal merekonstruksi mental pemain. Neymar cs sempat terpuruk akibat kegagalan beruntun di Piala Dunia 2014 serta Copa America 2015 dan 2016.
Untung bagi Brasil, sentuhan Tite langsung tokcer. Selain membangun lagi kepercayaan diri anggota skuat, Tite mengaplikasikan kembali sepak bola indah dalam permainan tim.
Neymar with Tite :
— Neymar Messi Fans (@Fc_barcelona_Gr) March 24, 2017
6 games
6 assists
5 goals @neymarjr pic.twitter.com/XgfNPeI7MX
Baca Juga:
Brasil di tangannya bermain menghibur seperti kodrat mereka sebagai para penari Samba. Dalam sembilan laga bersama Tite, mereka menceploskan 25 gol atau rata-rata hampir mencetak 3 gol per partai.
Istimewanya, selain atraktif di lini serang, sektor belakang Selecao juga tangguh. Miranda cs baru kebobolan dua kali. Itu pun hanya bunuh diri bek Marquinhos (vs Kolombia 2-1) dan penalti Edinson Cavani (vs Uruguay 4-1).
Soal relasinya dengan Guardiola, Tite memperkenalkan sistem operan pendek cepat dari kaki ke kaki, mirip tiki-taka, tetapi dengan level berbeda karena ditambah kekuatan fisik yang konstan menekan lawan.
Selecao rutin pula bermain dengan pola vertikal dari belakang ke depan dengan memanfaatkan sayap. Pola ini mengalir kontinu dengan pergerakan mobil anggota skuat.
Karena kolektivitas antarlini ini, tak heran bila gelandang tengah seperti Paulinho sampai bisa mencetak hat-trick ke gawang Uruguay (23/3/2017) atau lima pemain berbeda menceploskan gol lawan Bolivia (6/10/2016).
Neymar mengutarakan keampuhan sistem permainan Tite. Ia berpengalaman menjadi lawan tim asuhan Tite di level klub saat penyerang Barcelona itu membela Santos dan sang pelatih di Corinthians (2010-2016).
"Betapa sulitnya bermain menghadapi tim asuhan Tite. Dia tak pernah membiarkan saya bernapas. Namun, hari ini saya berada di level terbaik sepanjang karier secara teknik dan fisik," kata striker berusia 25 tahun itu.
Uruguay pressed high, but Brazil insisted on building from the back instead of playing brainless long balls
— Seleção Brasileira (@BrazilStat) March 24, 2017
TITE is REVOLUTIONIZING Brazil. pic.twitter.com/fd9VYts3Kb